Muda Adalah Kekuatan, Oleh: Ely Goro Leba, MPA
Muda
Adalah Kekuatan
Muda adalah Kekuatan. Dalam pekikan pidatonya, Bung Karno hanya butuh 10 pemuda untuk guncangkan dunia. Artinya, betapa kuatnya anak muda. Yang muda adalah pelopor dalam merangkai masa depan suatu bangsa.
Anak muda adalah akar kreativitas dan perubahan. Dari anak mudalah
peradaban suatu bangsa di mulai dan terus dilanjutkan. Presiden RI keenam, Susilo Bambang Youhoyono (SBY) mengatakan,
"Bangsa yang akan bertahan dan
bahkan berhasil di masa depan adalah bangsa yang adaptif dan inovatif. Bangsa
yang berkarakter demikian tentu tidak bersikap dogmatis dan menutup diri dari
perubahan dan pembaruan.". Artinya, untuk menjadi bangsa yang hebat,
harus mampu beradaptasi dengan peradaban untuk terus berubah dan maju. Perlu
diketahui itu juga bahwa, hal itu tidak mudah. Butuh langkah “revolusi” untuk tetap bertahan dan berubah.
Ungkapan dari SBY itu mendukung apa yang disampaikan oleh Fidel Castro, bahwa "Sebuah revolusi bukanlah taman mawar. Sebuah
revolusi adalah pertarungan sampai mati antara masa depan dan masa lalu.".
Kalimat itu menyiratkan, bahwa untuk perubahan itu butuh kekuatan dan
perjuangan. termasuk dalam gaya kepemimpinan. Dan pelopor perubahan itu ada di pundak akan muda.
Dari ungkapan di atas itu juga kita memetik hikmah bahwa, untuk
berubah, harus ada langkah yang revolusioner. Kita butuh itu untuk merangkai
masa depan bangsa ini. Langkah revolusi itu hanya ada di pundak anak muda.
Mereka berani bermimpi akan masa depan yang cerah. Sebab "Masa depan adalah milik mereka yang percaya
pada keindahan mimpi-mimpi mereka." (Eleanor Roosevelt).
Mantan Rektor Paramadina, Anies Rasyid Baswedan mengatakan, "Anak muda memang minim pengalaman, karena itu mereka tak menawarkan masa lalu, tetapi menawarkan masa depan.". Berikut ini adalah fakta yang tak terbantahkan bahwa orang muda bisa menjadi pemimpin.
Yang pertama dan yang ada di depan mata kita adalah Agus Harimurti Yodhoyono (AHY), menjadi ketua umum Partai Demokrat di usia 42 tahun, Anies Rasyid Baswedan menjadi rektor termuda di Indonesia di usia 38 tahun. Kita juga menyaksikan pemimpin muda di Negara lain seperti Emmnuel Macron, Presiden Prancis dalam usia 38 Tahun. Justin Tradeau, dilantik menjadi perdana menteri Kanada di usia 43 tahun, Juri Ratas menjadi menteri Estonia di usia 38 tahun, Charles Michel dilantik menjadi perdana menteri Belgia di usia 38 tahun. Dan Volodymyr Groysman, Perdana Menteri Ukraina juga 38 tahun. Beberapa fakta di atas menunjukkan bahwa orang muda adalah kekuatan bagi sebuah bangsa.
Berani Keluar Dari Zona Nyaman Demi Pencapaian yang
Lebiih Besar
Terkadang kita terlena dengan keadaan.
Keadaan yang membuat kita nyaman dan sulit untuk hengkang dari zona itu. Tidak
sedikit orang yang terjebak dalam zona ini. Hal itu membuat mereka tidak bisa
berbuat banyak dan bahkan menolak perubahan yang datang. Padahal perubahan itu
bisa saja membuat kita lebih baik bahkan dapat berbuat lebih besar dari apa
yang telah kita perbuat sekarang.
Salah satu tokoh mud ayang berani keluar dari zona nyaman untuk menggapai pencapaian yang lebih besar adalah Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Yodhoyono. Kita semua tahu, bahwa AHY adalah seorang prajurit, yang bisa saja suatu saat kariernya akan melesat sampai pangkat Jenderal.
Namun apa yang terjadi? Dia berani
keluar dari zona itu untuk menggapai harapan yang lebih besar dan member
dirinya untuk berbakti bagi Negara ini dalam lingkup yang lebih luas, seperti
jadi presiden misalnya. Ini adalah bukti nyata, berani keluar dari zona nyaman
demi menggapai pencapaian yang lebih besar.
Bangsa ini lahir dan terus berdiri karena generasi muda. Jangan
anggap remeh anak muda. John F. Kennedy mengatakan, “Anak muda adalah sumber daya dunia yang paling bernilai, dan mereka
harapan terbaik untuk masa depan.". Kalau orangtua berbicara kenyataan
di masa lalu, orang muda membicarakan cita-cita, untuk menorehkan sejarah.
Oleh karena itu, guna mencapai cita-cita bangsa ini, kita butuh
orang-orang muda untuk menjadi kekuatan yang kokoh sekaligus rela berkorban,
sebab "Cita-cita bukanlah takdir, tetapi
sebuah penunjuk arah. Ia bukan perintah, tapi komitmen. Ia tak menentukan masa
depan, melainkan wahana untuk menggerakkan sumber daya dan energi bagi usaha
membangun masa depan (Peter F.
Drucker).
Setiap kali pemilu presiden diselenggarakan, demokrasi kita agak
sedikit membosankan bagi sebagian kalangan. Mengapa? Karena calonnya yang
itu-itu saja dari waktu ke waktu. Tidak ada pola pengkaderan yang revolusioner
dari partai politik (Parpol) untuk merubah “demokrasi gaya tua” menjadi “demokrasi
gaya muda”. Padahal catatan statistik kita menunjukkan, pemuda kita
sangat banyak, bahkan lebih banyak dari yang tua (bonus demografi). Dikutip dari Hasil Sensus Penduduk 2020, jumlah generasi Z (lahir
tahun 1997-2012) mencapai 75,49 juta jiwa atau setara dengan 27,94 persen dari
populasi penduduk di Indonesia. Sementara itu, jumlah penduduk paling
dominan kedua berasal dari generasi milenial (lahir tahun 1981-1996) sebanyak
69,38 juta jiwa penduduk atau sebesar 25,87 persen dari populasi. Artinya, potensi pemuda untuk digerakkan dalam
arah pembangunan nasional sangat besar peluangnya. Sebab itu, kita butuh yang
orang muda untuk bertarung di kancah politik nasional. Dengan demikian, ada
semangat dan roh yang sama dalam jiwa anak muda di seluruh Indonesia guna
menjadi kekuatan bagi pembangunan bangsa di masa yang akan datang.
Salah satu Tanda Parpol yang menjalankan “Demokrasi Gaya Tua”,
adalah tidak berani membuat terobosan baru ketika pemilihan ketua umum. Dari
waktu ke waktu hanya dia dan dia saja. itulah yang menyebabkan Budaya Demokrasi
kita agak membosankan. Tidak ada kesegaran. Sehingga pola pembangunan bangsa
ini juga selalu berorientasi pada cara pikir generasi tua. Maka tidak ada
lompatan besar sesuai dengan harapan generasi muda.
Selain itu, sudut pandang orang muda pasti berbeda dengan
orangtua. Pesohor Arthur
Schopenhauer mengatakan, "Dari sudut
pandang kaum muda, hidup adalah masa depan yang sangat panjang. Dari sudut
pandang usia tua, masa lalu yang sangat singkat." Maka dari itu, kita
butuh yang muda yang mampu menjangkau kaum millennial dengan harapan akan masa
depan.