Defenisi, Pengertian dan Ciri-ciri Kemiskinan
Pendapat
mengenai kemiskinan sangat beragam. Beberapa mengartikan kemiskinan sebagai
ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan konsumsi dasar dan
meningkatkan kualitas hidupnya. Lainnya memberikan pengertian yang lebih luas
dengan memasukkan dimensi-dimensi sosial dan moral. Misalnya, ada pendapat
bahwa kemiskinan timbul karena adanya ketimpangan dalam pemilikan alat
produksi; bahwa kemiskinan terkait dengan sikap, budaya hidup, dan lingkungan
tertentu dalam suatu masyarakat.
Kemiskinan Menurut Soekanto
Soekanto
(2002: 406) beranggapan bahwa kemiskinan adalah suatu keadaan dimana seseorang
tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf hidup kelompok dan
juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya dalam kelompok
tersebut. Kemiskinan juga diartikan sebagai ketidakberdayaan sekelompok
masyarakat di bawah suatu sistem pemerintahan yang menyebabkan mereka berada
pada posisi yang sangat lemah dan tereksploitasi. Yang terakhir ini lebih
dikenal sebagai kemiskinan struktural.
Baca Juga:
- PROSES ANALISI KEBIJAKAN PUBLIK: PENGERTIAN DAN HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN PUBLIK DAN ANALISIS KEBIJAKAN
- ALAT BANTU DALAMANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK
Kemiskinan Menurut Bank Dunia
Kemiskinan Menurut World Bank
(1990 diacu dalam Sumodiningrat, 1999: 2) mendefinisikan kemiskinan
sebagai: ”Poverty is concern with absolute standard of living of part of
society the poor in equality refers to relative living standard acrossthe whole
society”. Dengan kata lain, kemiskinan diukur dengan membandingkan tingkat
pendapatan orang atau rumah tangga dengan tingkat pendapatan yang diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan minimum.
Umumnya
ketika orang berbicara mengenai kemiskinan maka yang dimaksud adalah kemiskinan
material. Dengan pengertian ini seseorang dikategorikan miskin apabila tidak
mampu memenuhi standar minimum kebutuhan pokoknya agar dapat hidup secara
layak. Ini yang sering disebut sebagai kemiskinan konsumsi. Tetapi, kenyataan
menunjukkan bahwa kemiskinan tidak hanya terkait dengan ketidakmampuan dalam
memenuhi kebutuhan material dasar, tetapi kemiskinan juga terkait erat dengan
berbagai dimensi lain kehidupan manusia, misalnya kesehatan, pendidikan,
jaminan masa depan, dan peranan sosial.
- Model Implementasi Kebijakan Publik George Edward III
- Pengertian dan tahapan Analisis Kebijakan Publik
Ciri-ciri Kemiskinan
Lima Ciri Kemiskinan Menurut Emil Salim: Emil
Salim (1982 dalam Sumodiningrat, 1999: 15) mengemukakan lima ciri penduduk yang
hidup di bawah garis kemiskinan.
- Umumnya mereka tidak memiliki faktor produksi seperti tanah, modal, ataupun ketrampilan sehingga kemampuan untuk memperoleh pendapatan menjadi terbatas.
- Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri.
- Tingkat pendidikan umumnya rendah karena waktu yang dimiliki tersita untuk mencari nafkah dan mendapatkan penghasilan.
- Kebanyakan mereka tinggal di pedesaan.
- Mereka yang hidup di kota masih berusia muda dan tidak didukung ketrampilan yang memadai.
Dalam
pandangan Satria (2002: 102), kategorisasi kemiskinan dilakukan berdasarkan
faktor-faktor penyebab kemiskinan.
Ada
dua aliran besar yang melihat faktor-faktor penyebab kemiskinan.
- Aliran modernisasi yang selalu menganggap persoalan kemiskinan disebabkan faktor internal masyarakat. Dalam aliran ini, kemiskinan nelayan terjadi sebagai akibat faktor budaya (kemalasan), keterbatasan modal dan teknologi, keterbatasan manajemen, serta kondisi sumber daya alam.
- Aliran struktural yang selalu menganggap faktor eksternal sebagai penyebab kemiskinan nelayan.
Penyebab Kemiskinan struktural
Kemiskinan
struktural dapat terjadi akibat,
- Kemiskinan sebagai korban pembangunan. Contohnya, penggusuran akibat kegiatan pembangunan lapangan golf atau real estate.
- Kemiskinan terjadi karena golongan tertentu tidak memiliki akses terhadap kegiatan ekonomi produktif akibat pola institusional yang diberlakukan. Aspek struktural lain adalah lemahnya posisi nelayan dan pembudidaya ikan dalam pemasaran. Kelemahan posisi tersebut menyebabkan margin keuntungan pemasaran lebih banyak jatuh ke pedagang dan bukan ke nelayan ataupun pembudidaya ikan (Damanhuri yang diacu dalam Satria 2002: 102).
Faktor Penyebab Kemiskinan Nelayan
Menurut
Kusnadi (2003: 18) menambahkan bahwa kemiskinan nelayan disebabkan dua kategori
yang saling melengkapi dan saling berinteraksi.
1. Kategori Internal yang berkaitan dengan kondisi
internal sumber daya dan aktivitas kerja mereka. Kategori ini mencakup beberapa
masalah, diantaranya:
1) Keterbatasan
kualitas SDM nelayan,
2) Keterbatasan
kemampuan modal usaha dan teknologi penangkapan,
3) Hubungan
kerja (pemilik perahu-nelayan buruh) dalam
organisasi penangkapan yang dianggap kurang menguntungkan nelayan buruh,
4) Kesulitan
melakukan diversifikasi usaha penangkapan,
5) Ketergantungan
yang tinggi terhadap okupasi melaut,
6) Gaya
hidup yang dipandang boros sehingga kurang berorientasi ke masa depan.
2.
Kategori eksternal yang mencakup masalah:
1) Kebijakan
pembangunan perikanan yang lebih berorientasi produktivitas untuk menunjang
ekonomi nasional dan parsial,
2) Sistem
pemasaran hasil perikanan yang lebih menguntungkan pedagang perantara,
3) Kerusakan
ekosistem pesisir dan laut karena pencemaran dari wilayah darat, praktik
penangkapan dengan bahan kimia, perusakan terumbu karang dan konservasi hutan
bakau di kawasan pesisir,
4) Penggunaan
alat tangkap yang tidak ramah lingkungan,
5) Penegakan
hukum yang lemah terhadap perusakan lingkungan,
6) Terbatasnya
teknologi pengolahan hasil tangkapan paskapanen,
7) Terbatasnya
peluang kerja di sektor nonperikanan yang tersedia di desa-desa nelayan,
8) Kondisi
alam dan fluktuasi musim yang tidak memungkinkan nelayan melaut sepanjang
tahun,
9) Isolasi
geografis desa nelayan yang mengganggu mobilisasi barang, jasa, dan modal
manusia.
Kemiskinan berdasarkan ukuran
Menurut
Satria (2002: 98) berdasarkan ukurannya, kemiskinan dibagi menjadi dua macam,
kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif.
1. Kemiskinan
absolut merupakan merupakan kemiskinan yang dilihat dari ukuran garis
kemiskinannya (poverty line). Garis kemiskinan bermacam-macam bergantung
institusi yang mengeluarkannya. Misalnya, BPS menerapkan garis kemiskinan
menggunakan ukuran kalori. Masyarakat dikatakan miskin jika pengeluaran untuk
makanannya kurang dari 2000 kalori.
2. Kemiskinan
relatif merupakan kemiskinan yang diukur dengan membandingkan satu kelompok
pendapatan dengan kelompok pendapatan lainnya.
Baca Juga:
- Sejarah dan Perkembangan Ilmu Analisis Kebijakan Publik
- Teori-teori tentang Sifat Dasar Manusia
- Analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunity, Threats)
Syarat-syarat Kemiskinan
Soemardjan
dalam Kemiskinan Struktural: Suatu Bunga Rampai (1984: 8) menyatakan bahwa
seseorang dikatakan miskin bila tidak mampu memenuhi kebutuhan primer berupa
sandang, pangan, dan tempat tinggal, dan kebutuhan skunder berupa keperluan
pendidikan, komunikasi, dan rekreasi sedangkan Sajogjo (1971, dalam Cahyat,
2004) menggunakan tingkat konsumsi ekuivalen beras per kapita sebagai indikator
kemiskinan. Sajogjo membedakan tingkat ekuivalen konsumsi beras di daerah
pedesaan dan perkotaan. Untuk daerah pedesaan, apabila seseorang hanya
mengkonsumsi ekuivalen beras kurang dari 240 kg per orang per tahun, orang
tersebut digolongkan sangat miskin, sedangkan untuk daerah perkotaan ditentukan
sebesar ekuivalen 360 kg beras per orang per tahun.
Ciri-ciri Kemiskinan menurut BPS
BPS
menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach)
dalam mengukur kemiskinan. BPS memandang kemiskinan sebagai ketidakmampuan
seseorang secara ekonomi dalam memenuhi kebutuhan dasar. Dalam melakukan
pengukuran, BPS menetetapkan garis kemiskinan (GK) yang menjadi batas minimal
pemenuhan kebutuhan hidup. GK tersebut terdiri dari dua komponen yaitu GK
makanan dan GK bukan makanan. Untuk GK makanan ditentukan sebanyak 52 jenis
komoditas sedangkan untuk GK bukan makanan di perkotaan diwakili oleh 51 jenis
komoditas dan di pedesaan 47 jenis komoditas. Setelah GK tersebut dihitung,
kemudian dikonversikan ke rupiah berdasarkan harga yang berlaku (BPS, 2007).
Garis kemiskinan yang dikeluarkan BPS tahun 2007, untuk perkotaan sebesar Rp
187.945,00 per kapita per bulan dan untuk pedesaan sebesar Rp 146.837,00 per
kapita per bulan, sehingga secara keseluruhan garis kemiskinan sebesar Rp
166.697,00 per kapita per bulan (Suara Pembaharuan, 2007).
Baca Juga:
- LIMA PARADIGMA ADMINISTRASI NEGARA "Nicholas Henry, “Paradigms of Public Administration”
- MACAM-MACAM VARIABEL PENELITIAN
Kemiskinan menurut Millenium Development
Goals (MDGs)
Dalam
konteks indikator internasional, seperti Millenium Development Goals (MDGs),
yang termasuk kategori miskin adalah warga yang berpendapatan di bawah satu
dollar Amerika setiap harinya dan dalam kategori Bank Dunia yaitu masyarakat
yang pendapatannya kurang dari dua dollar Amerika per kapita per hari (Suharto,
2005: 19 dalam Rusmana, 2005). Mengikuti kriteria Bank Dunia, kajian ini
menggunakan ukuran garis kemiskinan berupa pendapatan, yaitu masyarakat nelayan
yang memiliki pendapatan kurang dari dua dolar Amerika per hari dikatakan
miskin. Selain itu, telaah kemiskinan juga diukur berdasarkan kriteria BPS,
yaitu masyarakat yang memiliki penghasilan di bawah Rp 187.945,00 per kapita
per bulan untuk daerah perkotaan.
Terbaru:
- Ini Perhitungan Hutang di Era Jokowi-JK, Hanya 16 Triliuan Rupiah?
- Celaka Karena Jalan Rusak? Pengendara Bisa Gugat Pemerintah, Ini Undang-undangya
- Prinsip Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan
- Manajemen Konflik: Pendekatan Struktural Fungsional (General Agreements)
______________________
KONTRIBUTOR/PENULIS: Sdr. Elkana Goro Leba, MPA. Artikel ini disesuaikan dari berbagai sumber, Mohon maaf bila ada kesalahan pengutipan atau informasi yang kurang tepat karena "TIADA GADING YANG TIDAK RETAK". Terima kasih, karena sudah mampir. Salam!
JANGAN LUPA TINGGALKAN KOMENTAR DI BAWAH.
JANGAN LUPA TINGGALKAN KOMENTAR DI BAWAH.