Catatan Toleransi: Indonesia Darurat Toleransi
Agama itu ibarat pedang bermata dua, bisa digunakan untuk kemaslahatan, bisa pula untuk mengintimidasi dan menebar kebencian. Bahkan orang bisa membenarkan kejahatan melalu ayat-ayat suci yang disalahtafsirkan. Karena itulah di Indonesia ini, agama itu ibarat api dalam sekam. Siapa yang datang dengan bensin dan siram, pasti semua hangus terbakar. Sekali lagi, itu tejadh kalau agama disalahtafsirkan.
Akhir-akhir
ini kita banyak hadapi tantangan dalam kehidupan berbangsa. Bangsa yang
dibangun dengan darah dan nyawa ini, banyak dirundung masalah. Tidak
kaget lagi kalau kita bicara perilaku intoleran di negeri ini. Ada
sekelompok orang yang merasa paling benar dari kelompok lain, dan mereka
suka menebar kebencian. Peristiwa itu sudah berlangsung lama, tetapi
puncaknya pada pemilu kada DKI Jakarta tahun 2017. Banya pihak yang
menjual ayat dan mayat untuk mendukung jagoan mereka.
Hingga
saat ini, residu intoleran pemilu gubernur Jakarta tahun 2017 itu masih
belum padam. Sikap intoleran itu masih dipelihara oleh ormas ormas yang
dibentuk pada waktu itu. Seakan ormas ormas itu dibentuk untuk menjaga
kelangsungan "intoleransi" sewaktu pilgub DKI. Oknum oknum yang
berafiliasi dalam ormas itu akan dengan sengaja "dibakar" jenggotnya
pada saat tertentu guna membuat gaduh negeri ini dengan ayat suci yang
ditafsir sepihak. Mereka beringas terhadap yang berbeda dengan mereka,
tetapi lembek kepada yg seakidah walaupun menyimpang dari aturan
kemanusiaan.
Baca Juga:
Baca Juga:
Hal itu terbukti dari jajak pendapat yang
diadakan pegiat Sosial Denny Siregar. Dalam jajak pendapat itu, ada
sekitar 80 persen peserta mengatakan bahwa toleransi sedang umat
beragama saat ini sudah mengkhawatirkan. Angka itu jauh melebihi pilihan
lain seperti hutang negara, ekonomi dan pemerintah yang tidak bekerja
(lihat gambar). Tentu ini sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.
![]() |
Jajak Pendapat yang dilakukan Pegiat Sosial, Denny Soregar |
Terbaru:
Kita berharap, tidak lagi orang yang dengan mudahnya mengklaim kebenaran beragama hanya milik mereka. Dengan demikian, kita akan saling menghormati dan menghargai. Tidak ada lagi masalah yang mengganggu sesamanya beribadah dan membangun rumah ibadah. Orang baik jangan diam, karena kejahatan yang terorganisir akan mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir.