Materi Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan: FILSAFAT POLITIK DAN PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT
FILSAFAT POLITIK SEBAGAI DASAR DALAM MEMPELAJARI PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT
A.
Pengertian
Filsafat Politik
Filsafat Politik
adalah cabang ilmu dari filsafat
yang mempelajari tema-tema seperti politik,
kebebasan,
keadilan,
hak milik,
hak hukum,
pemerintahan,
dan penegakan hukum oleh otoritas. Beberapa pertanyaan utama dalam ilmu
filsafat politik antara lain adalah; apa yang melegitimasi otoritas suatu
pemerintahan, hak-hak dan kebebasan apa saja yang dimiliki warga negara dan
harus dilindungi oleh pemerintah, dan apa saja tugas warga negara dalam
pemerintahan. Beberapa filsuf dalam bidang filsafat politik yang penting pada
era modern adalah Thomas
Hobbes, Machiavelli,
John Locke,
Jean-Jacques Rousseau,
John Rawls,
Jurgen Habermas.
BACA JUGA:
1. ASAL-USUL NEGARA NATURALIS : NATURAL ATAU KONVENSIONAL
2. ESENSI DAN URGENSI WAWASAN NUSANTARA
3. Wawasan Nasional Indonesia
Ilmu politik secara rill mendasarkan pada pengamatan empiris, namun filsafat politik lebih pada sesuatu yang sifatnya penafsiran belaka. Fungsi filsafat politik mempunyai tugas bukan mendeskripsikan fakta, melainkan membangun konsep-konsep membuat politik semakin dipahami secara lebih mendalam. Jika terlalu menekankan pada konsep-konsep yang dihasilkan dari filsafat, prinsip-prinsip dan cara berfikir akan abstrak dan kering. Oleh sebab itu, ilmu politik yang menyumbangkan akan kebenaran (fakta) menjadikan filsafat politik tetap hidup dalam mencari konsep-konsep yang baru. Dengan kata lain, bahwa filsafat politik tidak bisa mengabaikan perkembangan ilmu-ilmu politik.
Ilmu-ilmu politik memiliki ciri khas deskriptif,
analitis, dan penjelasan karena ambisi keilmiahannya, ilmu politik ingin
menjangkau ideal sebuah pengetahuan yang objektif dan bebas nilai meskipun itu
tidak mungkin. Sedangkan filsafat politik lebih reflektif, sintetis, dan
menyeluruh sehingga menuntut pengambilan jarak untuk tetap kritis terhadap
realitas politik. Filsafat politik selalu menentukan cara pandang tertentu dan
menuntut suat penilaian (sintesis). Filsafat politik sangat kental dengan unsur
normatif. Oleh sebab itu, refleksi filosofis hanya mungkin dengan penjelasan
dari sebuah ideal yang mengandaikan sebuah konsepsi tentang manusia dan
tujuannya. Filsafat merupakan upaya rasioanal untuk memahami struktur-struktur
dasar pengalaman dan realitas (Jean Ladriere). Yang dimaksud struktur-struktur
dasar adalah struktur dasar pengalaman dan realitas politik. Filsafat politik
tidak bisa disamakan begitu saja dengan upaya pengetahuan untuk mengetahui
kebenaran. Namun, ia tidak sama dengan suatu ideologi. Mengingat kembali,
filsafat politik merupakan refleksi untuk memperdalam segi-segi politik dan
dengan upaya ini kehidupan politik dapat mengungkap struktur-strukturnya,
maknanya, dan niainya. Oleh karenanya, filsafat politik tidak dapat di pisahkan
dengan keberadaan politik yang senantiasa selalu tumbuh dan berkembang dalam
kehidupan manusia (kehidupan sosial).
Pada hakikatnya perkembangan politik selalu megalami
permasalahan yang mengusik para filsuf politik, yakni memburuknya hubungan
antara filsafat politik dengan perkembangan politik itu sendiri. Karena itu
tugas filsafat politik harus mampu memaparkan pernyataan-pernyataan normatif
yang terkait dengan politik yang baik. Filsafat politik harus menelusuri
kembali sampai pada satu hakikat kekuasaan, hukum, dan demokrasi. Sekaligus
filsafat dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan dewasa ini seperti
transformasi negara demokrasi, kewarganegaraan, kekerasan politik, dan
kecenderungan pada primordialisme.
BACA JUGA:
1. Tujuan Deklarasi juanda 13 Desember 1957
2. Kedudukan, fungsi, dan tujuan Wawasan Nusantara
3. Pengertian Wawasan Nusantara menurut para ahli
B.
Pengertian
Filsafat
Secara
etimologis, filsafat berasal dari beberapa bahasa, yaitu bahasa Inggris dan
bahasa Yunani. Dalam bahasa Inggris, yaitu “philosophy”,
sedangkan dalam bahasa Yunani, “philen”
atau “philos” dan “sofein” atau “sophi”. Ada pula yang mengatakan bahwa filsafat berasal dari bahasa
Arab, yaitu “falsafah” yang artinya
al-hikmah. Akan tetapi, kata tersebut pada awalnya berasal dari bahasa Yunani.
“philos” artinya cinta, sedangkan “Sophia” artinya kebijaksanaan.
Oleh karena
itu filsafat dapat diartikan dengan cinta kebijaksanaan yang dalam bahasa Arab
diistilahkan dengan al-hikmah. Para ahli filsafat disebut dengan filosof, yakni
orang yang mencintai atau mencari kebijaksanaan atau kebenaran. Filosof bukan
orang yang bijaksana atau berpengaruh benar, melainkan orang yang sedang
belajar mencari kebenaran dan kebijaksanaan.
Filsafat pertama kali muncul di Yunani, Orang
Yunani pertama yang bisa diberi gelar filosof ialah Thales dari Mileta.
Filosof-filosof Yunani yang terbesar yaitu Socrates, Plato, dan Aristoteles.
Banyak yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di
daerah yang beradab lain kala itu seperti Israel atau Mesir. Jawabannya di
Yunani tidak seperti di daerah lain-lainya tidak ada kasta pendeta sehingga
orang lebih bebas.
Munculnya
filsafat ditandai dengan runtuhnya mitos-mitos dan dongeng-dongeng yang selama
itu menjadi pembenaran terhadap setiap gejala alam. Manusia pada waktu itu
melalui mitos-mitos mencari keterangan tentang asal-usul alam semesta dan
tentang kejadian yang berlangsung di dalamnya.
Ada dua
bentuk mitos yang berkembang pada waktu itu, yaitu mitos kosmogonis yaitu mitos
yang mencari tentang asal usul alam semesta, dan mitos, kosmologis yaitu mitos
yang berusaha mencari keterangan tentang asal usul serta sifat kejadian di alam
semesta. Meskipun memberikan jawaban-jawaban tersebut diberikan dalam bentuk
mitos yang lolos dari control akal (rasio).
Cara
berfikir seperti itu berlangsung sampai abad ke-6 sebelum masehi, sedangkan
sejak abad ke-6 masehi orang mulai mencari jawaban-jawaban rasional tentang
asal-usul dan kejadian alam semesta.
Pencarian
kebijaksanaan bermakna menyelusuri hakikat dan sumber kebenaran. Alat untuk
menemukan kebijaksanaan adalah akal yang merupakan sumber primer dan berfikir.
Oleh karena itu, kebenaran filosofis tidak lebih dari kebenaran berfikir yang
rasional dan radikal.
Dalam ilmu
filsafat yang identik dengan pertanyaan-pertanyaan yang kemudian Filsafat selalu mencari
jawaban-jawaban, sekalipun jawaban-jawaban yang ditemukan tidak pernah abadi.
Oleh karena itu filsafat tidak pernah selesai dengan satu pertanyaan dan satu
jawaban dan tidak pernah sampai pada akhir sebuah masalah. Masalah-masalah
filsafat tidak pernah selesai karena itulah memang sebenarnya berfilsafat.
Karakteristik dan Metode Filsafat
1. Karakteristik Filsafat
Karakteristik
berpikir filsafat yang pertama adalah sifat menyeluruh. Seorang ilmuwan tidak
puas lagi mengenal ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri. Ingin melihat
hakikat ilmu dalam pengetahuan yang lainnya, ingin mengetahui kaitan ilmu
dengan moral, kaitan ilmu dan agama, dan ingin meyakini apakah ilmu itu membawa
kebahagiaan kepada manusia.
Sifat
berfikir filsafat yang kedua adalah mendasar, artinya setiap ilmu yang ada tak
lagi dipercaya sebagai kebenaran. Kebenaran di pertanyaan (spekulatif) yang
sistematis berfikir secara runtut, logis, dan bertanggung jawab.
2. Metode Filsafat
Karena objek
filsafat meliputi segala yang ada, dan yang mungkin tidak ada, dan juga karna
filsafat merupakan suatu induknya ilmu dari cabang-cabang ilmu pengetahuan yang
ada serta mengingat isi filsafat adalah buah pikiran filosuf dan isi filsafat
sangat luas, keluasannya disebabkan cabang pengetahuan yang tertua. Untuk
memudahkan mempelajari filsafat ada tiga metode mempelajari filsafat, yaitu:
a. Metode Sistematis,
Metode ini digunakan untuk
membahas langsung isi persoalan dari filsafat dengan tidak mementingkan urutan
zaman penganjurnya masing-masing. Misalnya dalam bidang logika hanya
dipersoalkan mana yang benar dan mana yang salah menurut pertimbangan akal,
bagaimana berfikir yang benar dan bagaimana cara berfikir yang salah.
b. Metode Historis,
Metode historis ini digunakan
bila orang ingin mempelajari perkembangan aliran-aliran filsafat sejak dulu
hingga sekarang. Dalam metode historis ini dikemukakan riwayat hidup
tokoh-tokoh filsafat yang terkenal serta bagaimana timbulnya paham (aliran)
filsafatnya dengan segala persoalannya, bagaimana pendapatnya tentang logika,
etika dan tentang keagamaan
c. Metode Kritis,
Metode ini digunakan oleh
mereka yang mempelajari filsafat tingkat atas, pembicaraan filsafat dimulai
dengan pendekatan sistematis dan historis, langkah awal dimulai dengan memahami
isi ajaran, kemudian dicoba mengajukan kritik.
Menurut
Juhaya S. Pradja, Metodologi filsafat ada tiga, yakni: (1) , metode deduksi,
yakni suatu metode berpikir yang menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip umum
kemudian diterapkan pada sesuatu yang bersifat khusus;(2) metode induksi,
metode berfikir dalam menarik kesimpulan dari prinsip khusus kemudian
diterapkan pada sesuatu yang bersifat umum; (3) metode dealektika, yakni metode
berfikir yang menarik kesimpulan melalui tiga tahap atau jenjang yakni tesis,
antithesis, dan sintesis.
Para filosof
telah berusaha menyusun sebuah metode untuk mendapatkan pengakuan universal,
ataupun mempertahankan kelayakan filsafat sebagai sebuah disiplin ilmu, Plato
membahas filsafat dengan metode dealekti, yaitu dua orang yang berdialog saling
melemparkan pertanyaan yang diperoleh atas dasar metode dealektik bertanya dan
menjawab ini, secara berangsur-angsur mengurangi keraguan ataupun
ketidakjelasan atas suatu hal.
Metode
pengkajian filsafat dapat juga menggunakan metode intuitif atau intuition (Inggris) dan intueri-intuitus (Latin). maksutnya
adalah in (pada)dan tueri (melihat atau menonton). Secara
terminologis, intitusi yaitu pemahaman, pengenalan, pengliatan, atau
penangkapan (aprehensi) terhadap
suatu kebenaran secara langsung tanpa melalui inferensi (penyimpulan). Metode
ini sangat berbeda secara diametis dengan metode empiris dan rasionalistik yang
penggunaanya melalui pengamatan dan pengalaman secara langsung.
Metode keritis-transendental yang sering digunakan
dalam kajin filsafat adalah metode yang merupakan analisis kriteriologis yang
berpangkalan pada pengertian objektif. Metode ini digunakan oleh Imanuel Kant.
Kant juga menerima nilai objektif
ilmu-ilmu positif karena ia dapat menghasilkan kemajuan hidup
sehari-hari. Kant juga menerima nilai objektif agama dan moral, sebab ia
memberikan kemajuan dan kebahagian. pengertian itu disebutnya sebagai sintetis-apriori.
Pengertian
Filsafat Menurut Para Ahli
Agar lebih memahami apa arti
filsafat, maka kita dapat merujuk pada pendapat beberapa ahli berikut ini:
1. Aristoteles
Menurut
Aristoteles, pengertian filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi
kebenaran yang berisi ilmu metafisika, retorika, logika, etika, ekonomi,
politik dan estetika (filsafat keindahan).
2. Cicero
Menurut Cicero, filsafat adalah
‘ibu’ dari semua seni (the mother of all the arts) dan merupakan seni
kehidupan.
3. Plato
Menurut Plato, arti filsafat adalah
suatu ilmu yang mencoba untuk mencapai pengetahuan tentang kebenaran yang
sebenarnya.
4. Imanuel Kant
Menurut Imanuel Kant, pengertian
filsafat adalah suatu ilmu (pengetahuan) yang menjadi pokok dan pangkal dari
segala pengetahuan yang di dalamnya tercakup empat persoalan yaitu metafisika,
etika agama, dan antropologi.
5. Johann Gotlich Fickte
Menurut Johann Gotlich Fickte,
pengertian filsafat adalah dasar dari segala ilmu yang membicarakan seluruh
bidang dan seluruh jenis ilmu untuk mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.
Ciri-Ciri Filsafat
Seorang ahli logika bernama Clarence
I. Lewis mengatakan bawah filsafat adalah suatu proses refleksi dari bekerjanya
akal yang di dalam prosesnya terkandung berbagai kegiatan. Adapun ciri-ciri
pemikiran filsafat adalah sebagai berikut:
1. Bersifat Universal
Pemikiran filsafat cenderung
bersifat universal (umum) dan
tidak bersangkutan dengan objek-objek khusus. Misalnya pemikiran tentang
manusia, keadilan, kebebasan, dan lain-lain.
2. Tidak Faktual
Dalam hal ini, tidak faktual adalah
sesuatu yang spekulatif dengan membuat berbagai dugaan yang masuk akal tentang
suatu hal, namun tanpa bukti karena telah melampaui batas dari fakta-fakta
ilmiah.
3. Berhubungan dengan Nilai
Menurut C. J. Ducasse, pengertian
filsafat adalah upaya manusia untuk mencari pengetahuan, berupa fakta-fakta
yang disebut dengan penilaian. Dalam hal ini penilaian yang dimaksud adalah
sesuatu yang baik dan buruk, susila dan asusila, dimana akhirnya filsafat
menjadi suatu usaha untuk mempertahankan nilai-nilai.
4. Berhubungan dengan Arti
Mengacu pada poin 3, sesuatu yang
memiliki nilai tentunya memiliki arti. Itulah sebabnya para filsuf menciptakan
berbagai kalimat yang logis dan bahasa yang tepat (ilmiah), agar ide-idenya
sarat dengan arti.
5. Implikatif
Pemikiran filsafat selalu terdapat
implikasi (akibat), sehingga diharapkan akan dapat melahirkan pemikiran baru
yang dinamis dan menyuburkan intelektual.
Cabang-Cabang Filsafat
Secara umum, para ahli membagi
bidang studi filsafat menjadi beberapa cabang atau bagian. Adapun cabang-cabang
filsafat adalah sebagai berikut:
1. Epistemologi
Epistemologi adalah cabang filsafat
yang membahas tentang pengetahuan. Misalnya; asal mula, validitas, metodologi,
bentuk atau struktur, yang secara bersama-sama membentuk pengetahuan manusia.
2. Metafisika
Metafisika adalah cabang filsafat yang
berkaitan dengan proses analitis atas hakikat fundamental mengenai keberadaan
dan realitas yang menyertainya. Kajian mengenai metafisika umumnya berporos
pada pertanyaan mendasar mengenai keberadaan dan sifat-sifat yang meliputi
realitas yang dikaji (Wikipedia).
3. Logika
Logika (logike episteme)
adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang kecakapan dalam berpikir secara
teratur, lurus, dan tepat.
4. Etika
Etika adalah cabang filsafaat yang
mempelajari tentang norma atau aturan yang digunakan sebagai pedoman
berperilaku di dalam masyarakat terkait dengan sifat baik dan buruk.
5. Estetika
Estetika adalah
cabang filsafat yang mempelajari dan membahas tentang keindahan, bagaimana
keindahan dapat terbentuk, dan bagaimana keindahan tersebut dapat disadari dan
dirasakan oleh manusia.
6. Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu adalah cabang filsafat
yang mempelajari dan menjawab berbagai pertanyaan terkait hakikat ilmu, dan
penerapan berbagai metode filsafat dalam upaya mencari akar persoalan dan
menemukan asas realitas yang dipersoalkan oleh bidang ilmu tersebut untuk
mendapatkan kejelasan.
Tujuan Filsafat
a) Keberadaan
filsafat dapat membantu persoalan manusia di berbagai bidang kehidupan. Mengacu
pada pengertian filsafat, adapun tujuan filsafat adalah sebagai berikut:
b) Agar manusia
menjadi lebih terdidik dan memiliki pengetahuan, serta mampu menilai hal-hal di
sekitarnya secara objektif.
c) Agar manusia
menjadi lebih bijaksana dalam menjalani kehidupannya.
e) Agar manusia
dapat berpikir sendiri, memiliki pendapat sendiri, mandiri secara rohani, dan
dapat bersikap kritis.
f) Agar manusia
dapat mendalami unsur-unsur pokok ilmu sehingga dapat memahami sumber, hakikat,
dan tujuan ilmu.
g) Agar manusia
memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan, dan kemajuan ilmu pengetahuan di
berbagai bidang.
h) Agar tenaga
pengajar dan siswa memiliki pedoman dalam mendalami suatu ilmu pengetahuan,
khususnya untuk membedakan persoalan ilmiah dan non-ilmiah.
i)
Agar para ilmuwan terdorong untuk
mendalami dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
________________________________________
KONTRIBUTOR/PENULIS: Sdr. Elkana Goro Leba, MPA. Artikel
ini disesuaikan dari berbagai sumber, Mohon maaf bila ada kesalahan
pengutipan atau informasi yang kurang tepat karena "TIADA GADING YANG
TIDAK RETAK". Terima kasih, karena sudah mampir. Salam!
JANGAN LUPA TINGGALKAN KOMENTAR DI BAWAH.
JANGAN LUPA TINGGALKAN KOMENTAR DI BAWAH.
DAFTAR PUSTAKA
Ensiklopedia Indonesia