Pendidikan Karakter Untuk Generasi Muda Indonesia
Elkana Goro
Leba, S.Sos., MPA
PK 10 2014
Almuni LPDP
2016
Membekali
pemuda dengan pendidikan karakter sejak awal, adalah langkah pembangunan bangsa
sejak dini dan merencanakan kebaikan untuk masa depan suatu negara. Ali Bin
Abi Thalib, berujar “Kebaikan yang tidak diorganisir dengan baik, akan
dengan mudah dihancurkan oleh kemungkaran yang diorganisir dengan baik (Nur
Kholiq, 2011)”. Pendidikan karakter sejak dini ibaratnya, orangtua sedang menanam
pohon dan merawatnya agar tumbuh dengan posisi yang tidak bengkok atau tegak
lurus. Kalau pohon itu tumbuhnya sudah bengkok sejak kecil, maka sulit untuk
membuatnya lurus kembali ketika ia tinggi. Begitu pula dengan karakter
seseorang. Kalau sejak muda tidak dibina, dididik, diarahkan dengan baik, maka
akan menjadi pribadi yang berkarakter buruk.
Pemuda adalah simbol kekuatan suatu bangsa. Bung
Karno pernah berkata, “berikan aku 100
orang tua, akan ku cabut Semeru dari akar-akarnya. Berikan aku 10 orang pemuda,
akan ku guncang dunia”. Tentang pemuda, tokoh pemuda, Tan Malaka mengatakan,
“kemewahan terakhir yang dimiliki oleh seorang pemuda adalah idealisme”. Kalau
mau “membunuh” pemuda, maka bunuhlah dahulu idealismenya. Kalimat itu
mengindikasikan bahwa pemuda adalah orang-orang yang penuh dengan cita-cita dan
idealism yang tinggi. Pemuda pula bagai tiang utama bagi berdirinya suatu bangsa.
Buktinya, perjuangan kemerdekaan bangsa ini adalah juga perjuangan para pemuda.
Dari gerakkan-gerakkan pra hingga pasca kemerdekaan. Kita pasti ingat sejarah awal
pergerakkan pemuda guna merebut kemerdekaan bangsa ini. Seperti organisasi
Pemuda Boedi Oetomo tahun 1908, Tri Koro Dharmo 1915, Jong Sumatra Bond (Persatuan
Pemuda Sumatra) 1917, Perhimpunan Pelaja-pelajar Indonesia tahun 1925, Jong
Indonesia tahun 1927 yang kemudian mempelopori semua perhimpunan pemuda di
Indonesia dan melahirkan ikar yang dikenal dengan “Soempah Pemoeda” pada tanggal 28 Oktober 1928. Hingga runtuhnya Orde
Baru, juga karena perjuangan para pemuda (mahasiswa). Hal-hal itulah yang
menyebabkan betapa pentingnya peran pemuda bagi kemerdekaan bangsa ini.
Kendatipun demikian, harus kita sadari, bahwa
masa muda adalah masa dimana seseorang mencari jati diri, menggali potensi diri,
merealisasikan mimpi dan idealismenya, serta menentukan masa depannya. Sebab
itu, pemuda sedang diperhadapkan dengan berbagai pilihan hidup dan memutuskan,
“untuk apa dan bagaimana dia hidup?”.
Karenanya, pada fase ini, seseorang sangat rentan terhadap kehancuran kalau mengambil
keputusan yang salah bagi masa depannya. Salah pilih jalan hidup ketika masih
muda, bakal menuai badai di hari tua. Apa lagi, kini pilihan hidup semakin
kompleks. Maka, agar terhindar dari itu, perlu pendidikan, pembinaan dan
pengarahan sejak muda, supaya tidak menyesal pada hari tua. Pendidikan karakter
adalah salah satu cara agar anak muda tidak terjebak dalam kehidupan yang merugikan
diri-sendiri, bangsa dan Negara.
Kepribadian
dan Karakter
Sebelum bahas panjang lebar tentang pendidikan
karakter, kita perlu pahami, bahwa ada dua hal yang perlu diketahui yang selama
ini orang agak sulit membedakan keduanya. Dari sudut pandang Psikologi, manusia
mempunyai karakter dan kepribadian. Banyak orang yang sulit membedakan
keduanya, karena hampir sama. Pada dasarnya, karakter berbeda dengan
kepribadian. Menurut Doni Kusuma, karakter
adalah ciri-ciri, gaya, sifat yang terbentuk oleh lingkungan melalui proses pembelajaran
dalam waktu yang relatif lama, sedangkan kepribadian
adalah sifat atau tempramen bawaan manusia sejak lahir. Ketika dilahirkan, manusia
hanya membawa kepribadian (personality)
belum mempunyai karakter. Setelah manusia tumbuh dan bisa bergaul dengan lingkungannya
seperti keluarga, orangtua, teman-teman, baru mempunyai karakter atau
karakteristik atau ciri khusus yang membedakannya dari orang lain. Dari batasan
tersebut, jelas bagi kita, bahwa karakter dibentuk melalui proses pembelajaran,
namun kepribadian adalah sifat bawaan sejak lahir. Karenanya, pendidikan
karakter sangat dibutuhkan.
Pendidikan
Karakter: Lima Strategi Pembentukan Karakter Generasi Pemuda
Pendidikan karakter bagi kaum muda dapat
ditempuh melalui pertama, menginternalisasikan nilai-nilai religius atau
spiritual. Saat ini, ada enam
agama di Indonesia, belum termasuk agama suku yang ribuan jumlahnya. Agama mengandung nilai-nilai kebenaran yang
sekalipun tidak dapat dibuktikan oleh ilmu pengetahuan secara ilmiah, tetapi para
pengikutnya mengakui itu sebagai sebuah wahyu yang tidak dapat ditawar-tawar. Agama
mengatur hal-hal yang bertautan dengan hukum-hukum moral, mengajari pemeluknya tentang hubungan
antara Tuhan dengan manusia, manusia dengan manusia dan manusia dangan alam. Karena agama berhubungan dengan moralitas
yang tercermin dalam sikap dan perilaku, maka berkaitan erat dengan karakter
seseorang. Itulah pentingnya nilai-nilai agama wajib diinternalisasikan kepada
kaum muda agar terbentuk karakter yang baik. Oleh sebabnya, memperkenalkan dan menanamkan
nilai-nilai keagamaan kepada kaum muda dapat dijadikan salah satu metode guna membentuk
karakter yang baik. Kedua, bentuk karakter pemuda
lewat seni bela diri dan olahraga. Lewat cara ini, karakter seseorang akan
dibentuk menjadi orang yang menjunjung tinggi nilai-nilai sportivitas, berjiwa
besar, pantang menyerah, semangat menjadi pemenang, nilai juang yang tinggi,
berpikiran tenang dan sabar, terbiasa dalam tekanan namun mampu mengelola emosi.
Selain itu, bela diri atau olahraga juga dapat melatih dan membentuk kekuatan mental
seseorang. Olahragawan sudah pasti mempunyai mental yang tahan uji. Ketika
seseorang terjun ke bidang olahraga, secara otomatis harus bisa sportif tanpa
kecurangan, harus berjiwa besar sekalipun kalah, pantang menyerah dengan nilai
juang yang tinggi karena mereka berjuang untuk menjadi pemenang. Ketiga,
pendidikan karakter pemuda lewat penginternalisasian nilai-nilai budaya
dan toleransi terhadap perbedaan. Hidup berdampingan secara damai, adalah salah
satu nilai yang digaungkan oleh Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika. Dengan menanamkan
nilai-nilai itu maka pemuda akan mampu hidup dan bergaul dalam lingkungan yang
heterogen Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan (Sara). Memperkenalkan bahwa
Indonesia adalah “Negara Sejuta” budaya
kepada kaum muda bahwa Indonesia kaya akan kebudayaan yang karena perbedaannya
sehingga memiliki keunikan dan kekhasan masing-masing. Dengan begitu, maka
terbentuk karakter pemuda yang cinta tanah air, menghargai, hormati, dan
menjunjung tinggi nilai-nilai Keindonesiaan berdasarkan falsafah Pancasila. Pemuda
yang berkarkater Pancasila dan Kebhinekaan selalu memegang prinsip “dimana bumi dipijak, disitu langit
dijunjung”. Keempat, pembentukan karakter melalui organisasi. Sudah barang
tentu organisasi adalah wadah pembelajaran karakter bagi para anggotanya.
Tempat untuk bersosialisasi dengan orang-orang dari berbagai latar belakang,
budaya, dan kelas sosial. Dengan berorganisasi, orang dapat saling mengenal, menerima
tanggung jawab, terbiasa dengan karakter orang yang berbeda-beda, belajar
mengelola emosi, belajar menerima kelemahan orang lain, menemukan kelebihan dan
kelemahan diri. Dengan demikian, maka melalui organisai akan terbentuk pemuda yang
matang secara mental dan emosional. Kelima, pendidikan karakter melulai
bangku pendidikan formal dan nonformal. Ini bukan lagi hal baru, sebab salah
satu tujuan pendidikan adalah memanusiakan manusia (humanisasi). Karena itu,
pendidikan tidak hanya berbicara soal penginternalisasian ilmu pengetahuan,
tetapi juga keterampilan dan nilai-nilai pendidikan karakter kepada peserta
didik.
Dengan kelima strategi pendidikan karakter
tersebut di atas, maka akan menghasilkan pemuda-pemuda Indonesia yang matang
secara mental dan spiritual, sehat jasmani dan rohani, Pancasilais, loyal dan
patuh terhadap konstitusi Negara, berintegritas tinggi, selalu mengedepankan hidup
berdampingan secara damai dalam bingkai NKRI demi persatuan dan kemajuan bangsa
Indonesia.
***Salam
Generasi Indonesia Emas 2045***