Pemimpin Ideal Untuk Rakyat
Pemimpin yang Ideal
Bangsa ini sedang menghadapi krisis
multidimensi. Krisis, air, krisis listrik, krisis moral, krisis pejabat yang
jujur, karena itu terjadi krisis kepercayaan terhadap pejabat publik. Sebab
itu, dibutuhkan pemimpin yang menjadi agent of changes. Dalam artikel ini, saya mengemukakan
pemimpin ideal yang dapat membawa perubahan. Pertama: pemimpin yang
mengenal daerahnya dan paham tentang kebijakan ekonomi dan
politik. Seorang kepala
daerah, harus benar-benar mengenal daerahnya, seperti potensi-potensi yang
harus digali untuk pembangunan dan kemakmuran rakyat. Dari itu, maka kepala
daerah mampu mengambil kebijakan yang berorientasi pada masalah-masalah yang
menyentuh kebutuhan masyarakat.
Lebih jauh dari itu, persoalan utama
rakyat Indonesia saat ini adalah kemiskinan yang berdampak pada buruknya
kesehatan dan pendidikan. Untuk mengentaskan kemiskinan, selalu berkaitan
dengan kebijakan-kebijakan ekonomi sebagai instrument utama. Oleh sebab itu, dibutuhkan
pemimpin yang benar-benar paham tentang kebijakan ekonomi. Karenanya, menjadi
kepala daerah, bukan untuk ajang coba-coba, melainkan untuk bekerja keras,
menyelesaikan masalah rakyat. Selain itu, pemimpin juga harus mempunyai
pemahaman yang mumpuni di bidang politik. Sebab politik dan pembangunan, ibarat
dua mata uang yang tidak dapat dipisahkan, termasuk kepentingan-kepentingan
politik anggaran yang harus menjadi perhatian juga diwaspadai, sebab seringkali
kepentingan kelompok tertentu menggerogoti APBD.
Kedua: berkomitmen berantas korupsi. Selengkapnya lihat di sini
Bangsa
ini sedang menghadapi krisis multidimensi. Krisis, air, krisis listrik,
krisis moral, krisis pejabat yang jujur, karena itu terjadi krisis
kepercayaan terhadap pejabat publik. Sebab itu, dibutuhkan pemimpin yang
menjadi agent of changes. Dalam artikel ini, saya mengemukakan pemimpin ideal yang dapat membawa perubahan. Pertama: pemimpin yang mengenal daerahnya dan paham tentang kebijakan ekonomi dan politik.
Seorang kepala daerah, harus benar-benar mengenal daerahnya, seperti
potensi-potensi yang harus digali untuk pembangunan dan kemakmuran
rakyat. Dari itu, maka kepala daerah mampu mengambil kebijakan yang
berorientasi pada masalah-masalah yang menyentuh kebutuhan masyarakat.
Lebih
jauh dari itu, persoalan utama rakyat Indonesia saat ini adalah
kemiskinan yang berdampak pada buruknya kesehatan dan pendidikan. Untuk
mengentaskan kemiskinan, selalu berkaitan dengan kebijakan-kebijakan
ekonomi sebagai instrument utama. Oleh sebab itu, dibutuhkan pemimpin
yang benar-benar paham tentang kebijakan ekonomi. Karenanya, menjadi
kepala daerah, bukan untuk ajang coba-coba, melainkan untuk bekerja
keras, menyelesaikan masalah rakyat. Selain itu, pemimpin juga harus
mempunyai pemahaman yang mumpuni di bidang politik. Sebab politik dan
pembangunan, ibarat dua mata uang yang tidak dapat dipisahkan, termasuk
kepentingan-kepentingan politik anggaran yang harus menjadi perhatian
juga diwaspadai, sebab seringkali kepentingan kelompok tertentu
menggerogoti APBD.
Kedua: berkomitmen berantas korupsi. Sudah
banyak pemimpin yang turun tahta, masuk bui, akibat korupsi. Anti
korupsi tidak hanya retorika di mimbar pidato, tetapi harus dibarengi
dengan aksi nyata. Salah satu jalan terjal dalam pemberantasan korupsi
adalah karena sistem pemerintahan kita yang korup. Sehingga korupsi
seperti sebuah “budaya” yang masif dan sangat sulit dihilangkan.
Buktinya, sudah banyak pemimpin yang awalnya menyatakan perang terhadap
korupsi, tetapi pada akhirnya tertangkap korupsi. Itu karena tidak mampu
melawan sistem yang korup. Sebab itu, dibutuhkan pemimpin yang mampu
merubah sistem yang korup ini menjadi sistem yang bersih.
Ketiga: merakyat, teladan dan berempati.
Barisan relawan Joko Widodo dalam Pilpres 2014 silam, seakan menjungkir
balikkan budaya politik Nasional, dari politik elit menjadi politik
jelata. Disebut-sebut, benar-benar kemenangan rakyat, sebab berbasis
pada kekuatan relawan. Sosok Jokowi memang tidak luar biasa, tetapi
caranya dalam melakukan pendekatan kepada rakyat yang luar biasa.
Kariernya yang berasal dari nol bersumbangsih besar untuk menjadikan dia
lebih peka pada masalah-masalah kecil yang dihadapi rakyat. Gaya
kepemimpinan Jokowi yang menggunakan “jurus blusukkan” mampu menyihir hati para voters.
Dia tampil sebagai sosok yang sederhana, menjadi panutan, bukan sekedar
komando. Berempati, tidak hanya bersimpati kepada masalah rakyatnya.
Dia merasa atau mengidentifikasikan dirinya dalam keadaan, perasaan atau
pikiran yang sama dengan rakyat. Itulah pemimpin yang merakyat.
Keempat: visioner dan pembawa perubahan. Djajendra mengatakan: “pemimpin
besar itu, memiliki impian besar. Lalu punya program hebat untuk
mewujudkan impian itu. Mempunyai tujuan besar, lalu dia punya strategi
hebat untuk mencapai tujuan besar itu. Pemimpin besar punya pribadi
pembelajar, yang selalu berkembang bersama perubahan”. Pemimpin visioner, seakan menjadi motor penggerak perubahan. Howard Hendrick dalam “Teching to Change Lives” mengemukakan, “kalau anda ingin terus memimpin, maka adan harus berubah”.
Seorang pemimpin yang visoner juga, selalu berpikir ke depan. Hal itu
terwujud dalam visi dan misinya. Berpikir untuk “meramal” dan
memprediksi masa depan. Dengan demikian, maka dapat diantisipasi
perubahan-perubahan yang mungkin dapat berdampak negatif bagi daerahnya.
Kelima: berani, cerdas, dan berhikmat. Keberanian
tanpa kecerdasan, ibarat perang tanpa strategi. Pemimpin yang berani,
cerdas tetapi tidak berhikmat, sama dengan logika tanpa nurani. Pemimpin
yang cerdas dan berani pasti mempunyai kebijakan-kebijakan yang efektif
dan efisien dan mampu membawa perubahan. Namun, tidak cukup hanya punya
kecerdasan dan keberanian, tetapi juga harus berhikmat. Hikmat adalah
pola pikir yang bersumber dari pikiran, kemudian diimbangi dengan hati.
Jadi intinya, harus memimpin dengan hati. Hikmat inilah yang memampukan
seseorang untuk berempati. Peka terhadap kesulitan yang dihadapi orang
atau rakyat yang dipimpinnya. Itulah tipe pemimpin yang melayani.
Keenam: Tegas, Solutif dan Berintegritas. “Quick to see, quick to decide and quick to take action”.
Itulah pribadi pemimpin yang tegas dan solutif. Saat ini, kita butuh
pemimpin yang tegas dan cepat mengambil keputusan. Dan
keputusan-keputusannya itu menjadi solusi bagi daerahnya. Sementara itu,
pemimpin hebat juga harus berintegritas. Pemimpin hebat, selalu
menghargai integritas pribadi, cerdas mengeluarkan rakyatnya dari
kesulitan menuju kesejahteraan. Integritas berkaitan dengan kepercayaan (trust).
Orang-orang yang mampu mempertahankan integritasnya, merekalah yang
dapat dipercaya, dicintai dan mencintai rakyatnya. Untuk menjaga
kepercayaan itu, seorang pemimpin harus memegang prinsip, bahwa jabatan
yang dia miliki, bukan untuk kepentingan pribadi, tetapi guna
memperjuangkan kemaslahatan rakyatnya.
- See more at: http://www.siperubahan.com/read/2906/Pemimpin-Ideal-Untuk-Rakyat#sthash.7fiEOyfr.dpuf
Bangsa
ini sedang menghadapi krisis multidimensi. Krisis, air, krisis listrik,
krisis moral, krisis pejabat yang jujur, karena itu terjadi krisis
kepercayaan terhadap pejabat publik. Sebab itu, dibutuhkan pemimpin yang
menjadi agent of changes. Dalam artikel ini, saya mengemukakan pemimpin ideal yang dapat membawa perubahan. Pertama: pemimpin yang mengenal daerahnya dan paham tentang kebijakan ekonomi dan politik.
Seorang kepala daerah, harus benar-benar mengenal daerahnya, seperti
potensi-potensi yang harus digali untuk pembangunan dan kemakmuran
rakyat. Dari itu, maka kepala daerah mampu mengambil kebijakan yang
berorientasi pada masalah-masalah yang menyentuh kebutuhan masyarakat.
Lebih
jauh dari itu, persoalan utama rakyat Indonesia saat ini adalah
kemiskinan yang berdampak pada buruknya kesehatan dan pendidikan. Untuk
mengentaskan kemiskinan, selalu berkaitan dengan kebijakan-kebijakan
ekonomi sebagai instrument utama. Oleh sebab itu, dibutuhkan pemimpin
yang benar-benar paham tentang kebijakan ekonomi. Karenanya, menjadi
kepala daerah, bukan untuk ajang coba-coba, melainkan untuk bekerja
keras, menyelesaikan masalah rakyat. Selain itu, pemimpin juga harus
mempunyai pemahaman yang mumpuni di bidang politik. Sebab politik dan
pembangunan, ibarat dua mata uang yang tidak dapat dipisahkan, termasuk
kepentingan-kepentingan politik anggaran yang harus menjadi perhatian
juga diwaspadai, sebab seringkali kepentingan kelompok tertentu
menggerogoti APBD.
Kedua: berkomitmen berantas korupsi. Sudah
banyak pemimpin yang turun tahta, masuk bui, akibat korupsi. Anti
korupsi tidak hanya retorika di mimbar pidato, tetapi harus dibarengi
dengan aksi nyata. Salah satu jalan terjal dalam pemberantasan korupsi
adalah karena sistem pemerintahan kita yang korup. Sehingga korupsi
seperti sebuah “budaya” yang masif dan sangat sulit dihilangkan.
Buktinya, sudah banyak pemimpin yang awalnya menyatakan perang terhadap
korupsi, tetapi pada akhirnya tertangkap korupsi. Itu karena tidak mampu
melawan sistem yang korup. Sebab itu, dibutuhkan pemimpin yang mampu
merubah sistem yang korup ini menjadi sistem yang bersih.
Ketiga: merakyat, teladan dan berempati.
Barisan relawan Joko Widodo dalam Pilpres 2014 silam, seakan menjungkir
balikkan budaya politik Nasional, dari politik elit menjadi politik
jelata. Disebut-sebut, benar-benar kemenangan rakyat, sebab berbasis
pada kekuatan relawan. Sosok Jokowi memang tidak luar biasa, tetapi
caranya dalam melakukan pendekatan kepada rakyat yang luar biasa.
Kariernya yang berasal dari nol bersumbangsih besar untuk menjadikan dia
lebih peka pada masalah-masalah kecil yang dihadapi rakyat. Gaya
kepemimpinan Jokowi yang menggunakan “jurus blusukkan” mampu menyihir hati para voters.
Dia tampil sebagai sosok yang sederhana, menjadi panutan, bukan sekedar
komando. Berempati, tidak hanya bersimpati kepada masalah rakyatnya.
Dia merasa atau mengidentifikasikan dirinya dalam keadaan, perasaan atau
pikiran yang sama dengan rakyat. Itulah pemimpin yang merakyat.
Keempat: visioner dan pembawa perubahan. Djajendra mengatakan: “pemimpin
besar itu, memiliki impian besar. Lalu punya program hebat untuk
mewujudkan impian itu. Mempunyai tujuan besar, lalu dia punya strategi
hebat untuk mencapai tujuan besar itu. Pemimpin besar punya pribadi
pembelajar, yang selalu berkembang bersama perubahan”. Pemimpin visioner, seakan menjadi motor penggerak perubahan. Howard Hendrick dalam “Teching to Change Lives” mengemukakan, “kalau anda ingin terus memimpin, maka adan harus berubah”.
Seorang pemimpin yang visoner juga, selalu berpikir ke depan. Hal itu
terwujud dalam visi dan misinya. Berpikir untuk “meramal” dan
memprediksi masa depan. Dengan demikian, maka dapat diantisipasi
perubahan-perubahan yang mungkin dapat berdampak negatif bagi daerahnya.
Kelima: berani, cerdas, dan berhikmat. Keberanian
tanpa kecerdasan, ibarat perang tanpa strategi. Pemimpin yang berani,
cerdas tetapi tidak berhikmat, sama dengan logika tanpa nurani. Pemimpin
yang cerdas dan berani pasti mempunyai kebijakan-kebijakan yang efektif
dan efisien dan mampu membawa perubahan. Namun, tidak cukup hanya punya
kecerdasan dan keberanian, tetapi juga harus berhikmat. Hikmat adalah
pola pikir yang bersumber dari pikiran, kemudian diimbangi dengan hati.
Jadi intinya, harus memimpin dengan hati. Hikmat inilah yang memampukan
seseorang untuk berempati. Peka terhadap kesulitan yang dihadapi orang
atau rakyat yang dipimpinnya. Itulah tipe pemimpin yang melayani.
Keenam: Tegas, Solutif dan Berintegritas. “Quick to see, quick to decide and quick to take action”.
Itulah pribadi pemimpin yang tegas dan solutif. Saat ini, kita butuh
pemimpin yang tegas dan cepat mengambil keputusan. Dan
keputusan-keputusannya itu menjadi solusi bagi daerahnya. Sementara itu,
pemimpin hebat juga harus berintegritas. Pemimpin hebat, selalu
menghargai integritas pribadi, cerdas mengeluarkan rakyatnya dari
kesulitan menuju kesejahteraan. Integritas berkaitan dengan kepercayaan (trust).
Orang-orang yang mampu mempertahankan integritasnya, merekalah yang
dapat dipercaya, dicintai dan mencintai rakyatnya. Untuk menjaga
kepercayaan itu, seorang pemimpin harus memegang prinsip, bahwa jabatan
yang dia miliki, bukan untuk kepentingan pribadi, tetapi guna
memperjuangkan kemaslahatan rakyatnya.
- See more at: http://www.siperubahan.com/read/2906/Pemimpin-Ideal-Untuk-Rakyat#sthash.7fiEOyfr.dpuf