Untuk Kamu Yang Mencela Kami Yang Sangat Hati-Hati Dalam Memilih Pasangan Hidup
Artikel
ini aku tuliskan untuk kamu yang
“katanya” setia dalam pacaran, dan karena atas dasar itulah kamu sering mencela kami
yang sangat hati-hati dalam mencari dan memilih pasangan hidup sebagai "pemain hati". Tidak berarti kamu
yang sebut diri setia, tidak hati-hati dalam memilih pasangan, tetapi memang
kita punya cara yang berbeda. Kami peracaya, kamu yang katanya setia pada satu
orang, pasti paham kalimat ini: “jangan
salah memilih pasangan hidup, karena kamu akan menyesal seumur hidup”. Kamu
yang setia, mengklaim diri paling tahu soal hati dan perasaan. Boleh-boleh
saja, karena semua punya pandangan tentang itu, tetapi apakah kamu tidak tahu
bahwa kami juga mengerti soal itu? Hanya
saja cara kita berbeda dalam memilih kawan. Kamu yang katanya setia, pacaran
dan akan menikah dengan pilihan itu. Ada juga diantara kamu yang rela menjomblo
demi menunggu yang tepat. Tetapi kalau begitu caramu, itu namanya bukan memilih tetapi menunggu. Nah, disinilah inti perbedaan kita kawan!!! Kami yang memilih (bukan menunggu) sering kali
pacaran karena tidak cocok hubungan kita putus. Sekarang kembali ke kalimat di
atas, “kamu akan menyesal bila kamu salah
memilih pasangan”. Sekarang kamu lebih memilih mana, kamu lebih milih “KITA
PUTUS” atau “KITA CERAI”. Kamu yang pintar dan sebut diri paling paham soal
hati, mana yang kamu pilih? Hanya ingin beri tahu kawan, kami yang kamu cela juga paham itu keputusan hati. Tetapi
lagi-lagi cara kita sangat berbeda kawan. Kamu menunggu, tetapi kami memilih. Memang benar, hati bukan untuk
dimainkan, tetapi kami juga sadar, lebih sakit kata cerai dan rumah tangga hancur dari pada kata putus yang hanya membuat mu menangis sekejap saja dan melupakan itu
sebagai masa lalu. Bukankah itu juga soal hati? Kamu mencela kami dan (terkesan)
tidak menghargai keputusan kami hanya
karena kamu punya standar bahwa cara kamulah yang paling tepat. Kamu menganggap
kami orang-orang yang hanya menyakiti hati orang lain. Kamu sering bilang,
wanita atau pria yang dipertemukan dengan kami, adalah orang-orang yang “tidak beruntung”. Kamu boleh tidak suka
dengan hal yang menurut mu itu tidak baik, tetapi tidakkah kamu mengerti bahwa
setiap hal yang terjadi dalam hidupmu patut kamu hargai dan syukuri?
Sering
kali kata-katamu menuruti apa yang kamu tahu, dan anggap itulah yang paling
tepat, ketika kami menjelaskan alasan mengapa kami begitu, katamu, “Ah, itu hanya pembelaan diri!!!”. Benar kawan, itu membela diri sekaligus
alasan mengapa kami melakukan itu. Kamu
seharusnya paham, bahwa dalam kata-katamu (tersirat) kamu sedang bilang bahwa
cara kamulah yang paling benar dalam meilih. Dan kamu mau, kami jadi seperti yang
kamu ingini dengan standar kebernaran yang kamu bangun atas dasar setia dan
jangan main hati menurut caramu. Jangan salah kawan, disini kita berbeda. Kamu harus
hargai perbedaan itu. Kami bukan tidak
paham soal hati dan perasaan, tetapi justru kami sangat paham makanya kami lebih memilih menyakiti hati pada saat pacaran
daripada menyakiti hati ketika menikah. Hanya saja, kami memilih, tetapi kamu
menunggu. Kamu sering bilang, kami playboy or playgirl, tetapi hati-hati
dengan standar soal kata-kata itu kawan, sebab standar tidak boleh dibangun
atas dasar emosi. Karena jika demikian, kamu mengunifikasi segala perbedaan. Maaf
kawan, kami tidak setuju, sebab itu bukan
hakikat dari keindahan dan keunikan. Tidak semua yang hati-hati dalam memilih
pasangan, adalah playboy or playgirl. Jadi, kawan, berhantilah mencela, kami ini “penyakiti
hati” sebab kami juga tahu apa yang kami
perbuat adalah soal hati dan tidak mau
menyakiti hati. Kamu tidak pernah tau perasaan kami, dari kata-katamu yang
menyekiti hati, “wanita/pria mana yang
tidak beruntung itu sehingga pacaran sama kamu?”, kawan, kalau kamu orang
paham soal hati dan perasaan, seharusnya kamu tidak berkata demikian temanku. Kamu
dengan caramu, kami dengan carkami. Kita
berbeda!
Untuk
kamu yang selalu bicara soal umur ketika pacaran, hati-hati juga kawan. Kalau kamu
menikah hanya karena sudah umuran, berarti kamu sedang terjun ke dalam lorong-lorong
kepahitan masa depan. Kamu selalu bilang,
“kamu masih main-main, ingat umur mu!!!”. Kami hargai kata-katamu kawan, tetapi untuk
kesekian kalinya, kami sampaikan, ini
soal pilihan dan kehidupan kawan, bukan soal umur dan menikah karena frustrasi,
namun akhirnya kebablasan. Kamu yang katanya paham soal parasaan dan logika sekalipun,
pasti punya standar tentang pasangan hidup, karena itu kamu memilih menjomblo demi
“menunggu” yang tepat, tetapi kami yang kamu cap sering manyakiti hati orang
lain, kami (mencoba) pacaran untuk
memilih yang terbaik, namun karena kami bilang tidak cocok, kami memilih untuk akhiri, dan kamu bilang,”itu main hati”. Jangan salah kawan, ini
soal keputusan pribadi, dan tentang masa depan, jadi jangan bangun standar atas
dasar logika dan anggapanmu. So, enjoy
your life, do anything that you want to do, go wherever you want to go, dream
about anything that you want to dream. If you can do anything, why you don’t do
something? Just to remember, this a opinion, so, slow down baby!!!