Perpustakaan Daerah dan Minat Baca Masyarakat NTT
Secara
tradisional perpustakaan
(kepustakaan) dibatasi sebagai koleksi bahan-bahan bacaan seperti buku dan
majalah. Namun, seiring dengan berkembangnya era, arti tradisional perpustakaan
kemudian sedikit bergeser menjadi kumpulan informasi tentang ilmu pengetahuan.
Perpustakaan moderen menjadi lebih bervariasi arti dan fungsinya menjadi sebuah
tempat untuk mengakses informasi, hiburan dalam bentuk apa pun. Tidak lagi
terbatas pada buku-buku cetak yang tersimpan dalam gedung perpustakaan. Tetapi
perpustakaan modern juga mempunyai koleksi bahan bacaan yang berdifat digital
dan hanya bisa diakses lewat jaringan komputer. Inilah salah satu tanda
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Sedangkan minat baca
merupakanh hasrat seseorang terhadap bacaan, yang didorong oleh keinginan dan
kemampuan untuk membaca, kemudian diiringi dengan kegiatan nyata melalui
membaca apa yang diminatinya.
Secara
kepemilikkan, perpustakaan dapat bersifat pribadi (private library) dan dapat juga bersifat publik atau umum (public library). Perpustakaan milik
pribadi biasanya mempunyai keterbatasan bahan bacaan pada apa yang menjadi
minat dan bidang ilmu pemiliknya, namun perpustakaan publik atau public library pada umumnya mempunyai koleksi
bacaan yang lebih variasi dan mempunyai manajemen yang lebih baik karena berada
dalam koordinasi badan atau institusi tertentu. Salah satu public library
adalah perpustakaan daerah. Perpustakaan daerah adalah perpustakaan yang milik
pemerintah daerah dan berada di bawah pengawasan badan perpustakaan daerah yang
dipimpin oleh seorang kepala sebagai pengelola perpustakaan. Sumber dana
perpustakaan dearah berasal dari APBD dan atau APBN. Karena itu, semua orang
berhak mendapat layanan dari perpustakaan daerah sepanjang yang bersangkutan
memapunyai minat dan tujuan yang baik.
Keprihatinan Perpustakaan Daerah NTT dan Minat Baca Masyarakat
Kehadiran
perpustakaan umum adalah amanat UUD 1945, yakni sebagai wahana guna
mencerdaskan kahidupan bangsa. Karena itu, perpustakaan umum berperan strategi
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan sebagai pusat informasi. Melalui
perpustakaan umum, masyakarat dapat mengakses informasi agar menjadi menusia
yang cerdas, beriman, kreative, sehat dan pandai serta berguna bagi masa depan
bangasa dan negara.
Perpustakaan
Daerah (umum) NTT berada di bawah tata kelola Badan Perpustakaan Daerah NTT. Karena
perpustakaan umum atau public library, tentu biaya operasionalnya berasal dari
pajak yang dipungut dari masyarakat, karena itu makanya disebut perpustakaan
umum yang semua orang dapat mengaksesnya. Sebab itu, seharusnya perpustakaan
umum mempunyai manajemen dan tata kelola serta sumber informasi yang lebih
komprehensif dan mutakhir daripada perpustakaan pribadi yang mempunyai
laiteratur dan dana yang terbatas. Tetapi entah kenapa, perpustakaan daerah NTT
jauh dari harapan modernitas. Mulai dari koleksi buku-buku yang terbatas dan
kurang ikut perkembangan ilmu pengetahun, hingga menajemen perpustakaan yang jadul (jaman dulu), belum lagi ruangan
atau gedung perpustakaan yang tidak mendukung minat baca para pengunjungnya.
Menurut publikasi bank dunia tahun 2011, Indonesia merupakan negara yang
memiliki minat baca paling rendah. Minat
baca masyarakat Indonesia mempunyai presentase sebesar 0,01 persen. Artinya dari
10.000 orang hanya 1 orang yang memiliki minat baca. Tingkat minat baca
masyarakat Indonesia masih jauh tertinggal dari masyarakat negara Asia lainnya
seperti Jepang yang mencapai 45 persen, Singapura 55 persen. Selain itu,
merujuk pada hasil survei UNESCO, budaya baca masyarakat Indonesia berada di
urutan 38 dari 39 negara yang paling rendah di kawasan ASEAN.
Rendahnya
minat baca seseorang disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal berhubungan dengan hasrat dalam diri
seseorang atau masyarakat yang memang tidak suka membaca, dan faktor eksternal adalah
rangsangan dari luar diri seseorang yang mempengaruhi orang yang bersangkutan
sehingga ia suka dan atau tidak suka membaca. Faktor eksternal ini, berhubungan
erat dengan keadaan perpustakaan sebagai tempat untuk orang membaca. Seperti
ruang baca di perpustakaan yang tidak nyaman dan koleksi bacaan yang tidak
mutakhir, pelayanan pertugas yang tidak ramah. Bila merujuk pada perpustakaan
daerah NTT, mungkin faktor eksternal ini menjadi salah satu penyebab rendahnya
minat baca masyarakat NTT. Fakta dilapangan menunjukkan bahwa, perpustakaan
Daerah NTT belum berjalan seiring dengan perkembangan zaman. Seharusnya
perpustakaan itu mempunyai koleksi literatur yang lebih banyak dan buku-buku
terbaru, karya-karya ilmiah, dan jurnal-jurnal yang dapat memperkaya wawasan
dan pengetahuan para pengunjung. Buku memang perlu, tetapi pada era yang
canggih ini, konyol rasanya kalau sebuah perpustakaan tidak mempunyai
koleksi-koleksi digital dan hasil-hasil penelitian serta jurnal-jurnal ilmiah
baik nasional maupun internasional yang terkomputerisasi. Selain itu, ruang
baca perpustakaan perlu menjadi perhatian para pengelola. Perlu ada
kajian-kajian mendalam tentang bagaimana merancang sebuah ruangan yang
benar-benar membuat orang menjadi nyaman dan betah untuk mengujungi
perpustakaan. Di samping itu, perpustakaan tidak hanya koleksi buku tetapi juga
menjadi tempat seperti workshop, loka karya, pameran buku-buku baru dan
seminar-seminar. Itu adalah bagian integral dari fungsi strategi perpustakaan
sebagai wahana belajar bagi masyarakat.
Dengan
perkembangan teknologi madern tampak lucu bila sebuah perpustakaan tidak
mempunyai manajemen yang berbasis teknologi informasi. Oleh sebab itu,
membutuhkan kreativitas dan inovasi dengan berbasis pada teknologi moderen
untuk menjadikan sebuah perpustakaan sebagai wahana belajar dan pusat
informasi. Selain itu, ruangan baca diperpustakaan juga harus mendukung atau
merangsang minat baca para pengunjungnya. Pembinaan minat baca di
perpustakaan dapat dilakukan melalui langkah-langkah seperti menyediakan
perpustakaan yang representatif, baik gedung maupun ruangan perabotan yang
memadai, koleksi literatur yang ilmiah dan bervariasi serta mutkhir, tenaga
pengelola perpustakaan yang benar-benar melayani dengan profesional, prima,
beroreintasi pada kepuasan pengunjung, mengadakan promosi, loka karya,
seminar-seminar, workshop, dan pameran buku-buku baru untuk menarik minat
pembaca, serta menjalin kerjasama dengan perpustakaan daerah lain atau universitas-universitas
guna meningkatkan pelayanan sebagai pusat informasi publik. Dengan demikian
maka, akan menciptakan masyarakat NTT yang mempunyai minat baca yang tinggi,
akibatnya, kaya akan ilmu pengetahuan dan wawasan luas sehingga berdampak pada jiwa
inovasi dan kreativitas demi pembangunan daerah ini.