pENDIDIKAN ANTI KORUPSI DALAM KELUARGA: Peran Perempuan untuk Mencegah Korupsi
Fenomena korupsi saat ini memang
membuat banyak orang geram. Geram bagi orang yang hidupnya merasa terpanggil
untuk menjalankan perintah dan menjauhkan larangan Sang Pencipta, tetapi
sebaliknya, korupsi adalah kenikmatan abadi bagi orang-orang yang lupa akan panggilannya
dan hidupnya hanya mengumpul harta di dunia yang fana ini. Sebab bagi “tikus-tikus kantor” itu, korupsi dapat “mensejahterakan
keluarga” mereka, tetapi tidak peduli dapat merusak tatanan kehidupan
sosial di luar sana. Menyebabkan kemiskinan, kebobohan dan merusak masa depan
generasi bangsa. Korupsi tidak memandang nilai-nilai kemanusiaan, yang ada dalam pikiran para koruptor adalah
harta dan tahta bahkan wanita. Mata hati mereka tak lagi melihat profesi dan
pekerjaan sebagai sebuah pelayanan untuk kebaikan rakyatnya. Lupa akan sumpah
dan janji di hadapan Tuhan dan rakyatnya ketika dilantik jadi pejabat publik. Tidak
dapat dielakkan, bahwa keterpurukkan NTT dalam statistik pembangunan nasional adalah
buah pahit dari perilaku korup para tikus-tikus
kantor di daerah ini. Ironis memang, lebih dari setengah abad Propinsi NTT berdiri, tetapi kesejahteraan
rakyat sungguh menyayat hati. Mulai dari korupsi individu di balik meja, hingga
korupsi berjemaah dalam persekongkolan para elit yang menguras habis APBD. APBD
yang seharus digunakan untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, malah disalahgunakan
untuk “kemakmuran dan kesejahteraan”
diri sendiri dan keluarga mereka.
Korupsi dan Peranan Penting
Perempuan
Memandang lebih jauh ke pusaran
korupsi secara naional, ada satu hal yang menarik dalam fenomena ini, yakni “korupsi keluarga”. Artinya, bila suami
ketahuan korupsi, maka istrinya juga bakal dibawa serta. Tak jarang pula anak-anak
jadi korban. Ibaratnya “kesetiaan hingga
mati dalam api neraka”. Inilah yang saya dimaksudkan dengan “korupsi keluarga”. Dalam posisi ini, ada
pemain utama dan ada pemain pendukung. Pemain utamanya adalah
laki-laki. Sebab, pada umumnya yang korupsi itu adalah laki-laki karena mereka
lebih banyak menjadi pejabat publik dan mengakses kekuasaan, karena itu, mereka
dengan mudah tergoda untuk melakukan korupsi. Dalam kehidupan masyarakat
Indonesia yang sebagian besar menganut budaya Patrialkal (laki-laki mempunyai posisi lebih utama dari perempuan
dalam keluarga), posisi istri hanya masuk dalam pemain pendukung. Sekaligus perempuan
menjadi pejabat publik, tetapi dalam keluarga, tetap saja dia menjadi istri
(ibu rumah tangga) dan ibu dari anak-anaknya yang pada satu sisi dia harus
menghormati suaminya begitu pula sebaliknya.
Pada perannya sebagai ibu rumah
tangga tadi, biasanya populer dengan istilah suami mencari uang dan istri akan
menjadi “bendahara” rumah tannga. Berhubungan
KKN itu dekat sekali dengan uang, sekalipun ada macam-macam arti KKN yang
sesungguhnya, tetapi yang paling di musuhi saat ini adalah korupsi uang. Di
sinilah peran perempuan atau ibu rumah tangga dalam mencegah korupsi dari dalam
keluarga. Suatu keluarga yang harmonis tentu mempunyai komunikasi yang baik (memang
sulit peranan ini dilakukan dalam keluarga yang kurang harmonis). Dalam
hubungan istri sebagai bendahara
keluarga tadi, tentu ada komunikasi antara suami dan istri bahkan anak-anak, bagaimana
seorang suami atau seorang ayah mendapatkan uang. Mulai dari upah rutin tiap
bulan hingga pendapatan di luar itu. Seorang istri yang baik, tentu bertanya
pada suaminya, dari mana mendapatkan uang di luar upah tetapnya. Di sinilah
seharusnya peranan penting seorang perempuan atau ibu rumah tangga untuk
mencegah perilaku suami yang koruptif. Bila ada pendapatan suami yang tidak
wajar, seharusnya menanyakan darimana asal-muasal uangnya. Jangan malah mendukung
suami untuk korupsi sekeluarga. Bila itu hasil dari perbuatan yang tidak halal
atau korupsi, istri harus mengingatkan suaminya bahwa itu tidak baik untuk masa
depan keluarga. Anak-anak akan menjadi korban makan hasil yang korupsi padahal
mereka tidak tahu apa yang terjadi. Perempuan harus menjadi role-model dalam keluarga, mengingatkan
suami dan anak-anak untuk mendapatkan segala sesuatu harus dengan halal. Mungkin
suaminya tidak kuat godaan ketika dalam bekerja, tetapi dalam keluarga akan
menjadi tempat yang paling nyaman untuk saling memberikan pengertian dan
meguatkan. Itulah peran penting seorang perempuan untuk mencegah perilaku
koruptif saumi dan mengajarkan anak-anak pendidikan anti korupsi.
Pendidikan Hidup
Sederhana
Pada umumnya, korupsi terjadi
bukan karena orang kekurangan tetapi karena rakus. Jadi semua berangkat dari keinginan bukan dari kebutuhan. Keinginan itu membuatnya rakus. Rakus untuk hidup mewah, rakus untuk mengumpul
harta di dunia, rakus ingin memiliki seluruh isi dunia. Karena rakus itu, orang
bisa berbuat apa saja untuk mendapatkan apa yang dia inginkan termasuk korupsi
sekalipun. Sebab para para koruptor itu mempunyai upah yang tinggi setiap
bulan. Misalnya saja, para anggota dewan dan para kepala daerah yang dibui
karena korupsi, mereka mempunyai upah puluhan bahkan ratusan juta per bulannya,
tetap saja korupsi. Itu bukan karena kekurangan, tetapi karena rakus. Tinggal
dirumah dinas, air dan listrik, kendaraan serta segala kebutuhan sehari-hari di
tanggung oleh rakyat, belum lagi upah dengan berbagai macam tunjangan yang
dibuat-buat. Beda halnya dengan para pegawai operasional dan para guru, mereka
hidup memang dari upah yang mereka dapatkan setiap bulan.
Oleh sebab itu, peran seorang
istri adalah membudayakan hidup sederhana dalam keluarga. Kata Slank, “hidup sederhana tetapi banyak
cinta. Dari pada hidup bermewah-mewah tetapi dibui”. Inilah yang harus menjadi
budaya keluarga agar suami tidak mencari pendapatan lain demi hidup mewah
dengan keluarga. Bila istrinya saja hobi shopping,
akhir pekan ke mall, membeli perhiasan mahal, jalan-jalan habiskan uang, maunya
rumah mewah, bagaimana suami tidak mencari sumber pemasukkan lain selain upah
yang sewajarnya. Selain itu, anak-anak juga harus diajarkan untuk tidak bermewah-mewah.
Semua berawal dari keluarga, yaitu peran dan kasih sayang seorang ibu. Dan bila
itu yang terjadi maka genaplah seperti apa kata orang bijak, “Di balik kesuksesan seorang laki-laki, ada
seorang perempuan hebat di belakangnya”. Tetapi jangalah sukses karena
korupsi.