Nubuat Bung Karno
Orang buta mendengar, orang tuli melihat
bahwa orang-orang kecil dan tak mampu di negeri ini, bagai pungguk merindukan
bulan. Mereka sedang membayangkan sesuatu yang tidak mungkin. Membayangkan bahwa
seandainya keadilan dapat diakses oleh semua warga negara, merindukan negeri
bebas dari orang-orang yang congkak hatinya, para wakil tidak lagi berkata lain
di bibir, lain di hati, menghayal bahwa seandainya bangsa ini bebas dari
pemimpin yang tamak, agar mereka dapat hidup layak dan anak-anak bisa sekolah
dengan baik. Menghayal, seandainya suatu saat para penjahat bangsa ini jatuh miskin agar merasakan hidup dalam
kemiskinan. Anak-anak berharap agar hak-hak mereka tidak lagi dilintah oleh
para koruptor, supaya mereka jangan mengemis di jalan-jalan dan para orangtua tidak
lagi mengais sampah demi menyambung hidup. Mendambakan negeri yang penuh dengan
madu dan susu, agar bukan anak orang kaya saja yang bisa minum susu. Mereka
ingin bangkit dan melawan, tapi apalah daya, tangan tak sampai. Mereka
menjerit, tetapi para pemimpin menilukan telinga. Mereka marah, tetapi tiada
tempat untuk mengadu. Mereka lelah, tetapi tiada bahu untuk bersandar. Yang mereka
bisa hanyalah membangun persepsi bahwa musuh kita ada dalam selimut, yaitu para
koruptor dan pengkhianat yang menjual keadilan. Bukan orang lain, yang mebuat
bangsa ini terpuruk, tetapi para pemimpinnya sendiri. Itulah yang Bung Karno nubuatkan,
“Perjuanganku lebih mudah, karena
mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit, karena melawan bangsamu
sendiri”. Bung Karno tahu, bahwa kita akan melawan bangsa sendiri. Dan
kini, benar adanya, bahwa kita sedang melawan bangsa sendiri yaitu para
koruptor, pengkhianat keadilan dan penjual kebenaran. Mereka itulah penjajah bangsa
ini, dan jangan sampai untuk selamanya.