Kisahku dalam "Berburu" Beasiswa LPDP Afirmasi
Kisahku dalam Berburu Beasiswa LPDP Afirmasi
Saya menuliskan kisah ini bukan untuk pamer, tetapi lebih kepada berbagi pengalaman
yang barangkali saja menjadi motivasi bagi kalian yang mungkin seperti saya, “sedang meraih mimpi dari balik keterbatasan.”
Apa itu LPDP Afirmasi?? Temukana jawabannya di sini LPDP-AFIRMASI
Semuanya berawal dari kemauan. Kenalkan nama saya Elkana Goro Leba, biasa dipanggil Ely, asal NTT,
asli Kabupaten Sabu Raijua. Saya Alumni SD Negeri Lokojuli dan
SMP Negeri 1 Raijua, Kecamatan Raijua. Tamat SMA Kristen 1 Kupang tahun 2008. Pada
tahun 2012, tepatnya tanggal 1 bulan Septemer, saya dikukuhkan menjadi seorang
sarjana dari Universitas Nusa Cendana Kupang dengan title “S. Sos” (S. Sos: Sarjana Sosial). Gelar itu setelah saya berjuang
selama 4 tahun (8 semester) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan
Ilmu Administrasi Negara. Senang rasanya menjadi “orang pandai atau ahli ilmu pengetahuan (versi KBBI)”, meskipun
tidak seperti itu realitasnya. Kesenangan itu menjadi bertambah karena Tuhan memberikan
saya kepintaran sehingga menjadi Lulusan cum Laude, lima besar tingkat Fakultas dan masuk 10 besar tingkat Universitas. Mungkin
sebagian besar orang akan mempunyai perasaan yang sama seperti saya bila ada
dalam posisi yang demikian. Sarjana tetap sarjana, seperti biasanya setelah selesai
kuliah, kini masuk dalam tahap perjuangan berikutnya, yakni mencari pekerjaan. Setelah
banyak memasukkan lamaran ke banyak lowongan pekerjaan, kemudian pada bulan Oktober
tahun itu, saya mendapat pekerjaan di sebuah perusahaan IT di Kupang, NTT yaitu Timorese Group (populer dengan Timorese
Komputer). Salah satu Perusahaan
Distributor dan Service center Laptop dan Komputer di NTT. Ironis memang, gelar S. Sos tetapi kerjanya di perusahaan IT. Tetapi
saya mencoba menepis semua gengsi itu. Pekerjaan itu saya terima, karena saya
tahu ada rencana Tuhan di balik itu semua. Bekerja sebagai seorang Chanel
Distribusi yang awalnya tidak pernah saya tahu apa itu Chanel Ditribusi (dari
namanya mungkin keren). Setelah bekerja dengan upah yang pas-pasan, saya jalani
pekerjaan itu dengan sukacita karena saya percaya itu adalah anugerah Tuhan. Seiring
berjalannya waktu, saya mulai memahami Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) saya
sebagai chanel distribusi. Yaitu: “menyalurkan dan atau mengalokasikan barang-barang
baru, dalam hal ini laptop dan komputer ke toko-toko lain.” Jadi setiap barang
masuk dan barang keluar harus melalui saya untuk diinput. Kasarnya orang
gudanglah. Salam satu tahun saya menjalani pekerjaan ini yang notabene bukan
keahlian saya sebenarnya, tetapi dengan itu pula saya belajar banyak tentang
IT, tidak sia-sia suatu pekerjaan yang bukan ilmu kita tetapi itu akan menambah
wawasan kita juga.
Pada suatu hari, saya hendak ke
tempat kerja dan mengisi BBM di Petamina, teman saya memberikan saya informasi
bahwa di Direktorat Undana hari ini ada sosialisasi beasiswa. Karena, awalnya
saya sedang mencari informaso tetang beasiswa, maka jam 2 sing –sekalian jam
istrahat makan siang- saya ijin dari tempat kerja untuk mengikuti sosialisasi
ini di Undana. Pada kesempatan itu, ternyata ada sosialisasi dari pihak
Kemenkeu tentang Beasiswa Pendidikan
Indonesia (BPI) dari Lembaga Pengelolaan
Dana Pendidikan (LPDP). Dari sana terus saya membayangkan betapa senangnya
bila saya dapat beasiswa itu. Sambil bekerja, saya terus mencari tahu tentang
LPDP dan bagaimana cara mendaftarnya. Saya membuka websitet LPDP, karena di
tempat kerja saya akses internetnya tidak susah (namanya juga perusahaan IT). Dari
hari-hari ke hari, Tuhan terus memberikan saya kemudahan-kemudahan untuk mengakses
beasiswa LPDP. Setelah mendaftar secara online, ternyata PIC beasiswa LPDP
adalah orang yang sangat profesional dalam menjalankan tugasnya, yaitu Mas Budi
Irawan, staf analis LPDP AFIRMASI. Dia memberikan saya alamat emailnya, dan
selalu saya konsultasi dengan dia dalam setiap proses pendaftaran online. Sekitar
awal bulan Maret 2013 saya kirim berkas pendaftaran via online. Dua hari
kemudian saya mendapat respon via email dari LPDP, dalam hal ini Mas Budi
Irawan. Saya terus berdoa, dan puji Tuhan, satu bulan kemudian saya ditelepon oleh
LPDP. Itu artinya saya sudah lulus berkas administrasi. Selain lewat telepon
dan sms, saya juga terus konsultasi dengan Mas Budi via email. Lagi-lagi orang
ini adalah orang yang sangat profesional yang pernah saya temui dalam pekerjaannya.
Perlu diketahhui LPDP mengharuskan semua pelamar beasiswa menuliskan dua essay dengan topik berbeda yang telah mereka tentukan, dua Essy saya dapat dibaca di link ini: Essay 1 "Sukses Terbesar dalam Hidupku" ; Essay 2: "Peranku Bagi Indonesia"
Ke Jakarta
untuk Tes Wawancara
Pada awal bulan november 2013 saya
mendapat notifikasi di email bahwa akan ada seleksi wawancara tanggal 21-22 November
di Kementrian Keuangan Jakarta. Pada Bulan itu juga saya berhenti dari
pekerjaan saya. Berangkat ke sana dengan harapan bahwa saya pasti mendapatkan
beasiswa ini. Sesampai di Jakarta saya nginap di Kos teman, Imanuel Lay yang
kebetulan ada kuliah Pendeta di STT Jakarta. Semua proses wawancara berjalan
dengan baik, sekitar 3 minggu di jalan-jalan di Jakarta, sambil menunggu hasil
wawancara, dengan hati yang tidak tenang, apakah lulus wawancara atau tidak,
karena saya sudah merasa sangat berkorban sudah resign dari pekerjaan hingga ke Jakarta. Pada saat diumumkan lewat
email, ternyata saya lulus selesksi wawancara.
Mendaftar ke
UGM
Tahap berikutnya adalah kampus
tujuan. Perlu di ketahui, bahwa Beasiswa LPDP bisa mendaftarkan diri ke kampus
tujuan setelah lulus semua proses seleksi. Itu salah satu keunggulannya dari
beasiswa LPDP. Pada saat saya mengajukan
berkas pendaftaran ke LPDP, jurusan yang saya pilih adalah Magister Manajemen
(MM). Karena tidak linear dengan gelar saya di Sarjana, maka saya berusaha
untuk mencari informasi tentang Jurusan Magister Ilmu Administrasi Negara di
UGM. Dalam pencarian maka saya menemukan Jurusan Manajemen dan Kebijakan Publik
(MKP) yang sesuai dengan basic ilmu
sewaktu sarjana. Karena UGM tidak ada tes tertulis, maka saya hendak mengirim berkas
ke MM dan juga ke MKP UGM. Persyaratannya adalah harus mempunyai sertifikat
Toefl dan juga sertifikat Tes Potensi Akademik (TPA) terbaru, minimal dua tahun
terakhir, sementara saya tidak memiliki kedua itu, karena sertifikat Toefl saya
sudah lewat dari dua tahun, sedang sertifikat TPA tidak punya. Karena itu saya
belum bisa mengirim berkas pendaftaran. Saya telepon ke sana ke mari untuk cari
cara bagaimana mendapat sertifikat itu, telepon UGM, telepon juga Bapenas,
karena Bapenas sering membuka kelas tes toefl dan TPA. Dua pilihan bagi saya
adalah kalau saya mau tes di Bapenas, berarti harus kembali ke Jakarta, kalau
tes di UGM, saya harus ke Jogja. Saya lebih memilih ke Jogja dengan konsekuensi
adalah saya ke ke sana tes TPA dan Toefl langsung kuliah bila-bila lulus
seleksi di UGM.
Ke Jogja untuk
Tes Toefl dan TPA
Pada tanggal 23 Desember saya
berangkat ke Jogja. Saya bermalam di Penginapan di Surabaya. Dan jam 9 pagi
tanggal 25 Desember 2013 saya naik bus Surabaya-Jogja. Jadi saya natal di dalam
perjalanan dengan bis menuju Jogja. Perjalanan yang sangat melelahkan sekitar
12 jam perjalanan karena busnya singgah-singgah di banyak terminal. Semua
perjalanan itu saya jalani bersama Tuhan. Tidak ada satupun yang saya kenal di
Surabaya maupun di Jogja. Lagi-lagi semua
berawal dari kemauan. Saya tiba di Jogja pada pagi-pagi sekali tanggal 26
Desember. Saya nekat, di terminalpun saya bisa tidur demi masa depan saya. Ternyata
Tuhan menyediakan saya tempat untuk menginap yaitu ada teman yang pada saat itu
baru saya kenal tetapi kebetulan dia dari NTT. Dia siap menampung saya selama satu
malam sambil saya mencari kontrakan. Saya harus mendapatkan kontrakan
secepatnya karena tanggal 28 Desember 2013 saya harus ikut tes TPA di Fakultas
Psikologi UGM. Pada tanggal 27 Desember saya sudah mendapat kontrakan. Pada
tanggal 28 saya ikut Tes TPA dan satu minggu lagi baru hasilnya keluar. Dan 7
Januari saya tes Toefl di UGM pula. Namun, Tuhan lagi-lagi memproses saya, hasil
tes saya tidak mencapai score yang ditetapkan UGM. Meski demikian, saya tetap
daftar di MM dan MKP UGM. Semuanya saya lalui sendiri di kontrakan, tidak ada
satupun yang saya kenal selain ibu kos dan teman-teman di kontrakan. Saya tetap
berdoa tetapi juga dengan harap-harap cemas apakah lulus atau tidak dengan
score yang tidak memenuhi syarat. Sambil mencari informasi lain tentang UGM,
ternyata saya mendapat telepon dari pihak Jurusan MM UGM bahwa ada tes tertulis
yaitu tes Toefl dan TPA. Karena kekuatiran saya tidak lulus di MKP yang linear
dengan gelar saya, maka saya memaksakan diri untuk juga ikut tes di MM dengan
asumsi kalau-kalau saya tidak lulus di MKP yang tidak ada tes tertulis, pasti
lulus di Jurusan MM, atau pun sebaliknya. Meskipun hati saya tetap harus masuk
di MKP karena saya ada basic di sana. Setelah tes di MM dan ternyata saya tidak
lulus. Sekarang tinggal harapan satu-satunya adalah menuggu hasil seleksi
administrasi di MKP. Kalau tidak lulus, saya harus pulang dengan tangan hampa
ke kupang, dan pasti sangat kecewa. Dengan terus berdoa, biarpun dengan score
Toefl dan TPA yang tidak mencapai terget saya tetap berharap Tuhan akan melakukan
mujizat. Benar adanya, saya lulus di MKP UGM. Betapa senangnya saya ketika membaca
hasil seleksi di website UGM pada saat itu. Tetapi dengan persyaratan saya
harus memenuhi score Toefl dan TPA saya, dalam waktu satu tahun kuliah di UGM.
Ada Miss Komunikasi antara Saya dan LPDP
Setelah lulus seleksi, tahap
berikutnya harus menyelesaikan urusan pembayaran. Karena saya mendapat donor
yaitu, beasiswa LPDP, maka saya mengusulkan untuk pencairan dana ke LPDP untuk membayar
SPP semester pertama. Namun, ternyata ada miss
komunikasi antara saya dan LPDP. Seharusnya, tes wawancara bukanlah tes tahap
akhir dari beasiswa LPDP. Karena masih ada satu tahap lagi yaitu, Program
Kepemimpinan. Dan saya mengikuti program tersebut. Dengan demikian maka, saya
belum sah menjadi penerima beasiswa LPDP, artinya masih calon penerima beasiswa.
Ini murni salah saya, bukan salah LPDP. Karena itu, tentu dana beasiswa saya
belum bisa dicairkan untuk membayar SPP semester satu. Konsekuensinya adalah saya
harus membayar sendiri. Di satu pihak saya tidak punya uang (Rp. 8.0000.000/semeter).
Saya telepon orang tua ke kupang. Sebenarnya saya tidak mau lagi berharap
orangtua yang membayar kuliah saya, tetapi keadaan memaksa saya harus melakukan
hal itu. Orangtua saya mengirim uang untuk membayar SPP semester pertama. Semua
proses berjalan dengan baik. Hingga akhirnya bisa kuliah di Jurusan Magister
Manajemen dan Kebijakan Publik (MKP, FISIPOL UGM).
Pelatihan
Kepemimpinan LPDP Angkatan X (PK-X)
Setelah semua proses pedaftaran
dan pembayaran selesai, kini kuliah sudah dimulai. Tetapi bersamaan dengan itu,
karena seperti yang saya singgung diatas bahwa, sesungguhnya saya belum sah jadi
penerima beasiswa LPDP bilamana belum mengikuti Program/Pelatihan Kepemimpinan Angakatan
X (PK-X) sebagai seleksi tahap akhir, maka untuk itu saya harus ikut agar sah
menjadi penerima beasiswa LPDP. Oleh sebab itu, pada saat semester 1 sedang
berjalan saya diundang oleh LPDP untuk emngikuti selekasi tahap akhir ini
tanggal 2 April 5 Maret s/d 5 2013. Selama 2 minggu kami yang berjumlah 132
orang Para Calon Master dan Doktor dari seluruh nusantara dengan berbagai
bidang ilmu yang kuliah di dalam dan luar negeri mengikuti PK-X yang bertempat
di Pusdilat Graha Insan Cita, Kelapa Dua Depok. Dua minggu di sana dengan kejutan
yang sangat mengesankan oleh LPDP. PK ini bertujuan untuk membentuk karakter kepemimpinan
kami yang diharapkan menjadi pemimpin masa depan. Selain di depok kami juga berkunjung
ke Lanud Halim Perdana Kusuma dan Gunung Salak, masing-masing 1 hari 2 malam
berada di sana. Di Lanud kami mengunjungi berbagai tempat dan masuk ke pesawat-pesawat
tempur milik angkatan Udara RI. Sementara di Depok kami banyak mendapat materi
dari pembicara-pembicara hebat berkaliber
nasional dan Internasional dengan pengalaman yang sungguh memperkaya pengetahuan.
PK LPDP memang sangat mengesankan bagi kami semua. Kini semua saya jalani kuliah
di FISIPOL UGM dengan beasiswa LPDP. LPDP sungguh Lembaga yang sangat
profesional dalam mengelola beasiswa. Proses pencairan dana tidak pernah macet,
baik biaya hidup maupun biaya kuliah semuanya lancar dan orang-orang bekerja di
lembaga ini sangat profesional dalam menjalankan tugas dan fungsi mereka.
Pokoknya LPDP tidak mengecewakan. Saya tidak pernah berkekurangan dalam
melanjutkan studi dibiayai LPDP. Satu lagi, perlu diketahui bahwa semua, baik
alumni maupun penerima beasiswa LPDP mempunyai himpunan atau perkumpulan dengan
aksi-aksi sosial guna membantu orang yang membutuhkan di semua daerah. Seperti Jakarta,
Bandung, DIY dan tempat lainnya.
********Sekian Kisah saya dalam berburu
beasiswa LPDP************