KEPEMIMPINAN DALAM KONSEP PENGAMBILAN KEPUTUSAN
KEPEMIMPINAN DALAM KONSEP PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1. Definisi Pengambilan Keputusan
Pada dasarnya
pengambilan keputusan adalah merupakan tahap-tahap yang harus digunakan untuk
membuat keputusan. Pengambilan keputusan merupakan pusat dari kegiatan
organisasi Bahkan Perron dalam Salusu (1996:45), menyatakan bahwa pengambilan
keputusan merupakan kunci kepemimpinan,sedangkan Gore (1959), menyebut sebagai
inti kepemimpinan,Moore (1966),menyebut sebagai jantung admnistratif.
Sedangkan yang
dimaksud dengan pengambilan keputusan menurut Siagian (2004:39), adalah suatu
pendekatan yang sistematis terhadap suatu masalah yang dihadapi.Pendekatan yang
sistematis itu menyangkut pengetahuan tentang hakikat alternative yang
dihadapi,pengumpulan fakta dan data yang relevan dengan masalah yang
dihadapi,analisis masalah dengan menggunakan fakta dan data,mencari alternativ
pemecahan,menganalisis setiap alternative sehingga ditemukan alternative yang
paling rasional,dan penilaian dari hasil yang dicapai sebagai keputusan yang
diambil.
Dari
pengertian-pengertian pengambilan keputusan diatas,dapat disimpulkan bahwa
pengmbilan keputusan merupakan suatu proses pemilihan alternativ terbaik dari
beberapa alternative secara sistematis untuk ditindaklanjuti(digunakan)sebagai
suatu cara pemecahan masalah.
Jadi pengambilan
keputusan rasional adalah membuat beberapa pilihan-pilihan yang konsisten dan
memaksimalkan nilai dalam batasan-batasan tertentu.
Jadi teori
pengambilan keputusan adalah teori-teori atau teknik-teknik atau pendekatan-pendekatan
yang digunakan dalam suatu proses pengambilan keputusan.Seorang pemimpin
birokrasi yang ideal adalah pemimpin yang dapat menggunakan teori-teori
pengambilan keputusan yang tepat dengan situasi yang tepat karena keputusan
pemimpin birokrasi berpengaruh terhadap pengikutnya yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap kualitas
pelayanan yangdiberikan masyarakat.
BACA JUGA:
- Defenisi Implementasi Kebijakan Publik
- Defenisi, Pengertian dan Ciri-ciri Kemiskinan
- EFEKTIFITAS ORGANISASI DAN MANAJEMEN MENURUT PENDEKATAN PENCAPAIAN TUJUAN
2. Definisi Keputusan
Pada dasarnya
keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Suatu
keputusan merupakan jawaban yang pasti terhadap suatu pertanyaan.Keputusan
harus dapat menjawab perrtanyaan tentang apa yang dibicarakan dalam hubungannya
dengan perencanaan.Keputusan dapat pula berupa tindakan terhadap pelaksanaan
yang menyimpang dari rencana semula.Jadi keputusan berarti pilihan,yaitu
pilihan dari dua atau lebih kemungkinan altternatif.
Menurut Robbins
(2006:180) keputusan adalah pilihan yang dibuat dari dua atau lebih
alternative.Stoner(1996),menyatakan bahwa keputusan adalah pemilihan diantara
alternative-alternatif.
Dari
pengertian-pengertiam keputusan diatas,dapat disimpulkan bahwa keputusan
merupakan suatu pemecahan masalah sebagai suatu hukum lah sebagai suatu hukum situasi
yang dilakukan melalui pemilihan satu alternative dari beberapa
alternative.Jadi dapat dikatakan pengambilan keputusan dilakukan karena adanya
masalah,dan keputusan merupakan finalisasi dari pemilihan alternative.
3. Definisi Masalah
Pada
prinsipnya,masalah muncul karena adanya gap atau kesenjangan antara “das
sollen”dan “das sein”atau perbedaan antara apa yang seharusnya dengan apa yang
tidak seharusnya,antara apa yang yang dibutuhkan dengan apa yang
tersedia,antara apa yang diharapkan dengan apa yang menjadi kenyataan. Robbins(2006:180),menyatakan
bahwa masalah adalah penyimpangan antara keadaan dewasa ini dengan keadaan yang
diinginkan.Sedangkan Stoner (1996:240) menyatakan bahwa masalah adalah situasi yang terjadi kenyataan suatu keadaan
berbeda dari keadaan yang digunakan.
Dari pengertian
masalah diatas,dapat disimpulkan,bahwa masalah adalah perbedaan seharusnya
dengan apa yang tidak seharusnya atau perbedaan ideal normative dengan aktual
empirik.Oleh karena itu,masalah merupakan salah satu alasan untuk melakukan
suatu penelitian,untuk memecahkan atau memberikan jawaban dan paling tidak
memperkecil kesenjangan tersebut.Selain itu masalah merupakan landasan untuk
mengambil suatu keputusan.
BACA JUGA:
4. Perbedaan Masalah Privat dan Masalah Publik
Menurut
Jones(1991:71),perbedaan masalah privat dan masalah publik adalah:
1. Masalah
privat adalah masalah yang dapat diatasi tanpa mempengaruhi atau melibatkan
pemerintah.Masalah privat merupakan asalah pribadi seseorang yang tidak perlu
melibatkan orang lain atau pemerintah dalam penyelesaiannya.
2. Masalah
publik adalah masalah yang dapat diselesaikan dengan melalui kebijakan
pemerintah.Masalah publik merupakan masalah yang terkait dengan kepentingan
orang banyak atau publik yang penyelesaiannya harus melibatkan orang lain atau
pemerintah. Misalnya pelayanan KTP, surat nikah, surat kematian dan lain
sebagainya.
5. Sifat-sifat Masalah Publik
Menurut Dunn
(1994:140-141),masalah publik mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a) Saling
ketergantungan (interdepence) antara berbagai masalah.Suatu masalah public
bukanlah masalah yang berdiri sendiri,tetapi saling terkait antara satu masalah
dengan masalah lainnya,
b) Subjektivitas
dari masalah kebijakan.Masalah dalam lingkungan tertentu,bisa jadi bukan
masalah untuk lingkungan yang lain,
c) Artificiality
masalah suatu fenomena dianggap sebagai masalah karena adanya keinginan manusia
untuk mengubah situasi,
d) Dinamika
masalah:solusi terhadap masalah selalu berubah,masalah yang sama belum tentu
dapat dipecahkan dengan kebijakan yang sama kalau lingkungannya berbeda.
6. Tahapan Perumusan Masalah
Perumusan
masalah dapat dipandang sebagai suatu
proses yang terdiri dari empat tahap:
1. Pencarian
masalah(problem search),
2. Pendefinisian
masalah (problem definition),
3. Spesifikasi
masalah(problem spesification),
4. Pengenalan
masalah(problem sensing)
Adapun tahap
perumusan masalah menurut Patton dan Sawicki(1987:107),yaitu:
1. tahapan
1,yaitu pikirkan mengapa suatu gejala dianggap sebagai masalah,
2. tahapan
2,yaitu tetapkan batasan masalah yang akan dipecahkan,
3. tahapan3,yaitu
kumpulkan fakta dan informasi yang berhubungan dengan masalah yang telah ditetapkan,
4. tahapan
4,yaitu rumuskan tujuan dan sasaran yang akan dicapai,
5. tahapan
5,yaitu identifikasi variable-variabel yang mempengaruhi masalah,
6. tahapan
6,yaitu tunjukkan biaya dan manfaat dari masalah yang hendak diatasi,dan,
7. tahapan
7,yaitu rumuskan masalah kebijakannya dengan baik.
7. Tahapan Pengambilan Keputusan
Simon (1997)
sebagai pemegang hadiah nobel “teori pengambilan keputusan”menggambarkan proses
pengambilan keputusan yang menggambarkan atas 3 tahap yaitu:
1. Kegiatan
intelejen,seperti halnya BIN,pengambilan keputusan diawali dengan mengintai dan
mengidentifikasi situasi dan kondisi lingkungan.
2. Kegiatan
desain,pengambilan keputusan menemukan,mengembangkan,dan menganalisis
kemungkinan dari keputusan yang akan diambil.
3. Kegiatan
pemilihan,pengambil keputusan memilih satu dari sekian banyak alternative yang
akan dipilih.
Selanjutnya
Duker(1993),sebagai ahli pemimpin organisasi memberikan rujukan dengan enam
langkah dalam proses pengambilan keputusan,yaitu:
1. Mendefinisikan
masalah,
2. Menganalisis
masalah,
3. Menggambarkan
alternative pemecahan masalah,
4. Memutuskan
satu pemecahan masalah terbaik,
5. Merencanakan
tindakan yang efektif,dan
6. Memantau
dan mengefaluasi hasilnya.
Mintzberg (1976),memberikan tiga
tahap dalam proses pengambilan keputusan yaitu:
1. Tahap
identifikasi,pengambil keputusan memahami masalah dan peluang membuat
diagnosis.
2. Tahap
pengembangan,pengambil keputusan mencari standar prosedur yang tersedia atau
pemecahan masalah sebagai desain baru.
3. Tahap
pemilihan,pengambil keputusan dapat memilih dengan menggunakan
pertimbangan,analisis logis,basis sistematis,atau bargain.
8. Fungsi Dan Tujuan Pengambilan Keputusan.1) Fungsi Pengambilan Keputusan
Pengambilan
keputusan sebagai suatu kelanjutan dari cara pemecahan masalah memiliki fungsi
antara lain:
a. Pangkal
permulaan dari semua aktifitas manusia yang sadar dan terarah,baik secara
individual maupun secara kelompok,baik secara institutional maupun secara
organisasional.
b. Sesuatu
yang bersifat futuristic,artinya bersangkut paut dengan hari depan,masa yang
akan datang,dimana efeknya atau pengaruhnya berlangsung cukup lama.
2) Tujuan Pengambilan Keputusan
Tujuan pengambil
keputusan dapat dibedakan atas 2,yaitu sebagai berikut:
1) Tujuan
yang bersifat tunggal,yaitu terjadi apabila keputusan yang dihasilkan hanya menyangkut
suatu masalah,artinya sekali keputusan diambil tidak terkait lagi dengan
masalah lain.
2) Tujuan
yang bersifat ganda,yaitu terjadi apabila keputusan yang dihasilkan itu
menyangkut dengan lebih dari satu masalah,artinya bahwa suatu keputusan yang
diambil itu sekaligus memecahkan dua masalah atau lebih yang bersifat
kontradiktif.
3) Unsur-Unsur Pengambilan Keputusan
1) Tujuan
dari pengambilan keputusan
2) Identifikasi
alternatif-alternatif keputusan untuk memecahkan masalah
3) Perhitungan
terhadap factor-faktor yang tidak dapat diketahui sebelumnya diluar jangkauan
manusia.
4) Sarana
atau alat untuk mengevaluasi atau mengukur hasil dari suatu pengabilan
keputusan.
9.
Dasar-Dasar
Pengambilan Keputusan
Dalam setiap
pengambilan keputusan selalu didasarkan pada hal-hal tertentu tergantung pada
jenis keputusan yang akan diambil oleh pemimpin atau pengambil keputusan.Terrt
menyebutkan ada lima dasar dari pengambilan keputusan yang berlaku secara umum
yaitu:
1. Insting,
yaitu pengambilan keputusan yang dilakukan dengan berdasarkan atas insting yang
bersifat subjektif, sehingga mudah terkena oleh beberapa pengaruh.
2. Pengalaman,
yaitu pengambilan keputusan yang dilakukan dengan berdasarkan pada pengalaman. Karena
pengalaman seseorang dapat memprediksi keadaan sesuatu berdasarkan pada
pengalaman yang telah dialami.
3. Fakta,
yaitu pengambilan keputusan yang didasarkan pada fakta.Keputusan yang
didasarkan pada fakta dapat melahirkan keputusan yang baik,karena dengan fakta
maka tingkat kepercayaan terhadap pengambil keputusan dapat lebih tinggi.
4. Wewenang,
yaitu pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilalkukan oleh
pimpinan terhadap bawahannya atau orang yang lebih tinggi jabatannya kepada
orang yang lebih rendah kedudukannya.
5. Rasional,
yaitu pengambilan keputusan berdasarkan rasional,keputusan yang dihasilkan
bersifat objektif dan logis sehingga dapat dikatakan keputusan yang dihasilkan
mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang diharapakan.
BACA JUGA:
- Analisis SWOT (Strengths,
Weakness, Opportunity, Threats)
- Barang Publik dan
Eksternalitas
- BERKELIT DARI “KUTUKAN SUMBER
DAYA ALAM” UNTUK MERAIH HARAPAN
- BURUKNYA MANAJEMEN PELABUHAN
PENYEBARANGAN DI NTT MENJADI SARANG PUNGLI
- Celaka Karena Jalan Rusak?
Pengendara Bisa Gugat Pemerintah, Ini Undang-undangya
DASAR-DASAR
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
|
|||
Dasar
|
Kelebihan
|
kelemahan
|
|
Intuisi
|
·
Waktu yang digunakan
untuk mengambil keputusan relative lebih cepat.
·
Untuk masalah yang
pengaruhnya terbatas,pengambilan keputusan akan memberikan kepuasan pada
umumnya.
·
Kemampuan mengambil
keputusan itu sangat berperan oleh karena itu perlu dimanfaatkan.
|
·
Keputusan yang
dihasilkan relatif kurang baik.
·
Sulit mencari alat
komparasinya,sehingga sulit diukur kebenarannya.
·
Dasar-dasar lain
dalam pengambilan keputusan serangkali diabaikan.
|
|
Wewenang
|
·
Kebanyakan
penerimaannya adalah bawahan,terlepas apakah penerimaan tersebut secara
sukarela ataukah secara terpaksa.
·
Keputusannya dapat
bertahan dalam jangka waktu yang lama.
·
Memiliki
orientisitas(orientik).
|
·
Dapat menimbulkan
sifat rutinitas.
·
Mengasosialisasikan
dengan praktik dictatorial.
·
Sering melewati
permasalahan yang seharusnya dipecahkan sehingga menimbulkan kekaburan.
|
|
Pengalaman
|
Pengambilan
keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi pengetahuan
praktis.Karena pengalaman seseorang dapat memperkirakan keadaan sesuatu,dapat
memperhitungkan untung ruginya,baik buruknya keputusan yang dihasilkan.
|
||
fakta
|
Pengambilan
keputusan berdasarkan fakta dapat memberikan keputusan yang sehat,solid,dan
baik.Dengan fakta,maka tingkat kepercayaan terhadap pengambilan keputusan
dapat lebih tinggi,sehingga orang cepat menerimanya dengan ikhlas.
|
||
Rasional
|
Keputusan yang
diambil bersifat objektif,logis, lebih transparan,konsisten untuk
memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu,sehingga dapat
dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang diinginkan.
Pengambilan keputusan
secara rasional dapat tercapai: (1) kejelasan masalah,(2 )orientasi
tujuan,(3) pengetahuan alternatif,(4) preferensi yang jelas,dan(5) hasil
maksimal.
|
||
10. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Ada beberapa factor
yang mempengaruhi keputusan yang diambil oleh seseorang,antara lain yaitu:
1. Posisi;
dalam rangka pengambilan keputusan, posisi seseorang dapat dilihat dari dua
aspek, yaitu letak posisi:dalam hal ini apakah sebagai pembuat
keputusan(decision maker),maka penentu keputusan(decision taker)ataukah staf(staffer).dan tingkat posisi: dalam hal ini
apakah sebagai strategi, policy, peraturan, organisasional, operasional.
2. Masalah;
adalah apa yang menjadi penghalang untuk tercapainya tujuan yang merupakan
penyimpangan dari pada apa yang diharapkan, direncanakan, dikehendaki dan harus
diselesaikan. Masalah dapat dibagi menjadi 2 yaitu: yang pertama masalah rutin,
yaitu masalah yang sudah tetap, selalu dijumpai dalam hidup sehari-hari.Dan
yang kedua masalah insedentif, yaitu masalah yang sifatnya tidak tetap, tidak
selalu dijumpai.
3. Situasi;
adalah keseluruhan faktor-faktor dalam keadaan keadaan, yang berkaitan satu
sama lain, dan secara bersama-sama memancarkan pengaruh terhadap kita beserta
apa yang hendak kita buat. Faktor-faktor ini dapat dibedakan atas 2 yaitu:
1) Factor-faktor
konstan (C) yaitu factor-faktor yang sifat tidak berubah-ubah atau tetap
keadaannya.
2) Factor-faktor
yang tidak konstan, atau vaiabel (V), yaitu factor-faktor yang sifatnya selalu berubah-ubah,
tidak tetap keadaannya.
4. Kondisi;
adalah keseluruhan dari factor-faktor yang secara bersama-sama menentukan daya
gerak, daya berbuat atau kemampuan kita.
5. Tujuan;
tujuan yang hendak dicapaibaik tujuan perorangan, tujuan unit(kesatuan), tujuan
organisasi, maupun tujuan usaha,pada umumnya telah tertentu atau telah
ditentukan. Tujuan yang ditentukan dalam pengambilan keputusan merupakan tujuan
antara atau objective.
Sedangkan
menurut Hasan (2004:15) ada 4 faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan,yaitu:
1. Keadaan
internal organisasi
2. Keadaan
eksternal orsanisasi
3. Tersediannya
informasi yang dibutuhkan
4. Kepribadian
dan kecakapan seseorang
Sedangkan Millet
mengatakan bahwa factor-faktor yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan
oleh pimpinan,yaitu:
1. Pria
dan wanita, yaitu pria pada umumnya bersifat tegas, atau berani dan cepat
mengambil keputusan, sedangkan wanita relatif lebih lambat dan sering ragu-ragu
dalam mengambil keputusan.
2. Peran,
yaitu peranan seseorang dalam keputusan perlu diperhatikan karena peran
mencakup kemampuan mengumpulkan informasi, kemampuan menganalisis dan
mengintegrasikan, kemampuan menggunakan konsep luas tentang perilaku manusia
secara fisik untuk memprediksi perkembangan situasi,
3. Keterbatasan
kemampuan, yaitu kemampuan yang terbatas dalam pengambilan keputusan di bidang
kepemimpinan dapat bersifat institusional.
11.
Model
Pengambilan Keputusan
- Definisi Model
Model pengambilan keputusan adalah merupakan
patron yang mengandung unsure yang bersifat menyederhanakan yang dapat
dicontoh. Model merupakan alat penyederhanaan dan penganalisaan situasi atau
system yang kompleks. Dengan model system yang kompleks itu dapat
disederhanakan tanpa menghilangkan hal-hal yang esensial dengan tujuan
memudahkan pemahaman.
Model dalam pengambilan keputusan
mempunyai tujuan penting karena dengan model dapat:
1. Diketahui
apakah hubungan yang bersifat tunggal dari unsur-unsur itu ada relevansinya
terhadap masalah yang akan diberikan solusi.
2. Diketahui
kejelasan mengenai hubungan signifikan diantara unsur-unsur itu.
3. Dirumuskan
hipotesis mengenai hakikat hubungan-hubungan antara variabel.hubungan ini
biasanya dinyatakan dalam bentuk statistic.
4. Diketahui
pengelolaan terhadap pengambilan keputusan.
BACA JUGA:
- Jenis-Jenis Model Pengambilan
Keputusan
1) Model kuantitatif,
yaitu serangkaian asumsi yang tepat yang dinyatakan dalam serangkaian hubungan
matematisyang pasti.Model ini dapat berupa persamaan atau analisis lainnya,atau
merupakan instruksi bagi computer yang berupa program-program. Ciri pokok model
ini ditetapkan secara lengkap melalui asumsi-asumsi dan kesimpulan berupa
konsekwensi logis dari asumsi-asumsi tanpa menggunakan pertimbangan atau
insting menangani proses dunia praktik atau permasalahan yang dibuat model
untuk pemecahannya.
2) Model kuantitatif,
yaitu didasarkan pada asumsi-asumsi yang ketepatannya agak kurang jka
dibandingkan model kuantitatif dan cirri-ciri lainnya digambarkan melalui
kombinasi dari deduksi-deduksi asumsi-asumsi tersebut dan dengan pertimbangan
yang lebih bersifat subjektif mengenai proses atau masalah yang pemecahannya
dibuatkan model.
3) Model probabilitas,
yaitu model kemungkinan yang dapat terjadi dalam suatu peristiwa untuk dapat
dijadikan kerangka acuan dalam pengambilan keputusan. Model ini bertujuan untuk
mendapatkan sesuatu yang diharapkan dimasa mendatang,misalnya agar nantinya
dapat menanggulangi terhadap kesulitan-kesulitan dalam masa resesi untuk dapat
mmeningkatkan pendapatan masyarakat dan lain sebagainya.
4) Model nilai harapan,
yaitu dapat digunakan dalam pengambilan keputusan yang akan diambilnya nanti
akan menyangkut kemungkinan-kemungkinan yang telah diperhitungkan bagi situasi
dan kondisi yang akan datang.Nilai yang diharapkan(nilai harapan) dari setiap
peristiwa yang terjadi merupakan kemungkinan terjadinya peristiwa itu dikalikan
dengan nilai kondisional. Sedangkan nilai kondisionalnya adalah nilai dimana
terjadinya peristiwa yang diharapkan masih diragukan.
5) Model matriks,
yaitu merupakan model khusus yang menyajikan kombinasi antara strategi yang
digunakan dan hasil yang diharapkan. Model ini terdiri atas 2 yaitu baris dan
lajur. Baris bentuknya mendatar, sedangkan lajur bentuknya menegak.
6) Model kurva tak
acuh(indiferen), yaitu model pengambilan
keputusan yang selalu berkaitan dengan nilai uang. Banyak keputusan yang harus
dibuat tanpa menyangkut masalah segi keuangan.Kurva acuh adalah merupakan kurva
berbentuk garis dimana setiap titik yang berada pada garis kurva tersebut
mempunyai tingkat kepuasan atau kemanfaatan yang sama. Misalnya penggunaan
barang Adan B meskipun kombinasi jumlah masing-masing berbeda,namun apabila
semuanya itu berada pada titik kurva indifiren, maka dapat dikatakan
kepuasannya sama.
7) Model verbal,
yaitu model pengambilan keputusan berdasarkan analogi yang lebih bersifat kualitatif.
8)
Model
permainan operasional, yaitu yaitu model
permainan peranan (war game), karena manusia dapat berperan sebagai apa saja
dalam satu model, misalnya dapat berperan sebagai perancang, pemakai, tetapi
dalam model operasional ini manusia dianggap sebagai elemen atau unsure.
Manusia dijadikan objek yang harus mengambil keputusan.
9)
Model
pohon, yaitu merupakan suatu model diagram yang
cukup sederhana dan menunjukkan suatu proses merinci masalah-masalah yang di
hadapinya ke dalam komponen-komponen, kemudian dibuatkan alternative-alternatif
pemecahan beserta konsekuensinya masing-masing.
12.
Jenis
– Jenis Pengambilan Keputusan
Berdasarka criteria yang
menyertainya, pengambilan keputusan dapat diklasifikasi atas beberapa jenis,
yaitu sebagai berikut :
1. Berdasarkan programnya, pengambilan keputusan dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :
1. Berdasarkan programnya, pengambilan keputusan dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :
a.
Pengambilan
keputusan terprogram yaitu pengambilan
keputusan yang bersifat rutinitas, berulang-ulang dan cara menanganinya telah
ditentukan. Pengambilannya keputusan terprogram ini digunakan untuk
menyelesaikan masalah yang terstruktur yang melalui hal-hal sebagai berikut.
Yaitu (a) Prosedur, yaitu
serangkaian langkah yang berhubungan dan berurutan yang harus diikuti oleh
pengambilan keputusan, (b) Aturan,
yaitu ketentuan yang mengatur apa yang harus dan apa yang tidak harus dilakukan
oleh pengambil keputusan. (c) Kebijakan,
yaitu pedoman yang menentukan parameter untuk membuat keputusan.
b.
Pengambilan
keputusan tidak terprogram, yaitu pengambilan
keputusan yang tidak rutinitas dan sifat unik shingga memerlukan pemecahan
masalah yang khusus. Pengambilan keputusan tidak terprogram ini untuk
menyelesaikan masalah yang tidak terstruktur. Contoh strategi mempromosikan
untuk produk baru.
2.
Berdasarkan Lingkungannnya, keputusan dapat dibedakan menjadi empat kelompok,
yaitu sebagai berikut :
a) pengambilan keputusan
dalam kondisi pasti, yaitu pengambilan
keputusan berlangsung hal-hal sebagai berikut : (a) alternative yang harus
dipilh hanya memiliki satu konsekuensi/jawaban/hasil. Ini berarti hasil
keputusan dari setiap alternative tindakan tersebut ditentukan dengan pasti,
(b) keputusan yang akan diambil didukung oleh informasi/data yang lengkap,
sehingga dapat diramalkan secara akurat atau eksak dari setiap tindakan yang
dilakukan, (c) dalam kondisi ini, pengambil keputusan secara pasti mengetahui
apa yang akan terjadi di masa mendatang. (d) teknik pemecahannya antara lain model
antrian.
b) pengambilan keputusan
dalam kondisi beresiko, yaitu pengambilan
keputusan dimana berlangsung hal-hal sebagai berikut: (a) alternative yang
harus di pilih mengandung lebih dari satu kemungkinan hasil, (b) pengambil
keputusan memiliki lebih dari satu alternative tindakan, (c) diasumsikan bahwa
pengambil keputusan mengetahui peluang yang akan terjadi terhadap berbagai
tindakan dan hasil, (d) resiko dapat terjadi karena pengambilan keputusan tidak
dapat diketahui dengan pasti,walaupun diketahui nilai probabilitynya, (e) pada
kondisi ini, keadaan lingkungan dalam keadaan tidak pasti. (f) teknik pemecahannya
adalah menggunakan metode probability.
c) Pengambilan keputusan
dalam keadaan yang tidak pasti, yaitu
pengambilan keputusan dimana, (a) tidak diketahui sama sekali jumlah kondisi
yang mungkin terjadi, (b) pengambilan keputusan tidak dapat menentukan probability
terjadinya berbagai kondisi atau hasil yang keluar. (c) yang diketahui hanyalah
kemungkinan hasil dari suatu tindakan, tetapi tidak dapat diprediksi berapa
besar probability setiap hasil tersebut, (d) pengambil keputusan tidak
mempunyai pengetahuan atau informasi lengkap mengenai peluang terjadinya
bermacam-macam keadaan tersebut, (e) hal yang akan diputuskan biasanya relative
belum pernah terjadi sebelumnya, (f) teknik pemecahannya adalah menggunakan
beberapa metode yaitu antara lain metode maximin atau metode minimax.
d) Pengambil keputusan
dalam kondisi konflik, yaitu pengambilan
keputusan dimana; (a) kepentingan dua atau lebih pengambil keputusan saling
bertentangan dalam situasi persaingan,(b) pengambil keputusan saling bersaing
dengan pengambilan keputusan lainnya yang rasional, tanggap dan bertujuan untuk
memenangkan persaingan tersebut, (c) pengambil keputusan bertindak sebagai
pemain dalam suatu permainan, (d) teknik pemecahannya adalah menggunakan teori
permainan. Jadi dalam teori pengambilan keputusan atau pendekatan-pendekatan
dapat digunakan oleh para pemimpin birokrasi dalam suatu proses pemilihan
alternative sebagai pemecahan masalah.
Selain itu teori
pengambilan keputusan dapat pula digunakan dalam kehidupan sehari-hari yang
tidak pernah luput dari masalah yang sangat kompleks. Dari berbagai macam teori
tentang model dan teknik pengambilan keputusan, yang paling banyak digunakan
sampai sekarang ini adalah model sumbang saran atau curah pendapat
(brainstorming ) karena lebih praktis dibandingkan dengan model lainnya.
Kelemahan curah pendapat yaitu cenderung hanya didominasi oleh orang yang
pandai bicara saja atau yang sering mencurahkan pendapatnya. Untuk mengatasi
masalah seseorang yang kurang pandai berbicara, pemimpin rapat hendaknya
menggunakan juga curah pendapat secara tertulis agara bebas menyampaikan
permasalahannya. Penyampaian pendapat secara tertulis pada dasarnya merupakan
penyampaian masalah secara original (asli) dibanding penyampaian masalah secara
lisan. Karena penyampaian masalah secara lisan bisa saja meniru atau
merekonstruksi pendapat yang didengar sebelumnya.
Model mencurah
pendapat pada dasarnya hanya cocok jika pemimpin rapat seorang yang bergaya
demokratis. Jika pemimpin rapat seorang yang bergaya otoriter maka peserta
lainnya takut berbicara karena orang yang bergaya otoriter cenderung merasa
pandai dan merasa paling benar. Oleh sebab ia kebal saran, suka menyalahkan,
mencemooh, bahkan mempermalukan si pemberi saran. Didalam setiap rapat,
biasanya orang yang bergaya otoriter mendominasi pembicaraan sejak awal sampai
akhir pada kegiatan rapat. Orang yang bergaya otoriter selalu merasa paling
pandai, tetapi tidak pandai merasa perasaan orang lain. Jangan terlalu banyak
berharap pengambilan keputusan dengan curah pendapat akan berhasil apabila
rapatnya dipimpin oleh seorang yang bergaya otoriter.
BACA KUMPULAN MATERI KULIAH LAINNYA
>>>>DISINI<<< dan >>>>DISINI<<<<
BACA KUMPULAN MATERI KULIAH LAINNYA
>>>>DISINI<<< dan >>>>DISINI<<<<
________________________________________
KONTRIBUTOR/PENULIS: Sdr. Elkana Goro Leba, MPA. Artikel ini disesuaikan dari berbagai sumber, Mohon maaf bila ada kesalahan pengutipan atau informasi yang kurang tepat karena "TIADA GADING YANG TIDAK RETAK". Terima kasih, karena sudah mampir. Salam!
JANGAN LUPA TINGGALKAN KOMENTAR DI BAWAH.
________________________________________ JANGAN LUPA TINGGALKAN KOMENTAR DI BAWAH.