(Essai LPDP) PERANKU BAGI INDONESIA
PERANKU
BAGI INDONESIA
Ketika
saya menulis tulisan ini tentang apa
peranku bagi Indonesia tercinta ini,
saya teringat pada sepenggal puisi yang ditulis oleh Salman. Kira-kira
beginilah sepenggal puisi yang saya maksudkan:
TANAH SURGA
“Bukan
lautan hanya kolam susu, katanya...
Tapi
kata kakekku, hanya orang kaya yang bisa
minum susu”.
“Kail
dan jala cukup menghidupimu, katanya...
Kata
kakakku ikan-ikan kita dicuri oleh banyak negara.”
“Tiada
badai, tiada topan kau temui, katanya...
Tapi
kenapa ayahku tertiup angin ke Malaysia?”
“Ikan
dan udang menghampiri dirimu, katanya...
Kata
kakekku, awas... ada udang di balik batu”.
“Orang
bilang tanah kita tanah sorga. Tongkat,
kayu dan batu jadi tanaman, katanya...
Tapi,
kata dokter belum semua rakyat sejahtera, sebab banyak pejabat yang menjual
kayu dan batu untuk membangun surganya sendiri”.
Puisi
di atas memang agak lucu, tetapi itulah keadaan bangsa kita sekarang ini. Seperti
yang kita ketahui, secara historis lahirnya bangsa Indonesia, mempunyai
perjalanan yang sangat panjang. Lamanya proses kolonialisme maupun imperialisme
hingga direbutnya kemerdekaan dari tangan penjajah oleh para pejuang adalah
suatu hal yang luar biasa dalam catatan sejarah bangsa. Sudah 68 tahun kita merdeka, namun sekalipun
demikian kita masih dijajah oleh “warga negara” kita sendiri yang tidak
bermoral. Indonesia ini adalah bangsa
yang besar. Bangsa yang kaya. Baik kaya dalam hal kekayaan alam dan budaya, maupun
kaya sumber daya manusia. Namun celakanya, ketika itu terbentur dengan manusia
yang hanya berdaya tetapi tidak berkualitas.
Yang yang lebih celaka lagi adalah manusia yang bekualitas tetapi tidak bermoral. Kualitas itu hanya mereka gunakan
untuk merampok dan merampas hak-hak orang yang lemah agar mereka bisa membangun
surga mereka sendiri. Ini adalah ancaman yang terbesar bagi negeri ini. Benarlah
kata orang bahwa kita sedang diteror oleh musuh dari dalam selimut kita sendiri.
Hal ini juga seakan menjadi sumber penghasilan bagi media massa kita setiap
hari. Harian pagi di kota dimana saya tinggal, selalu disuguhkan dengan hal-hal
seperti itu. Ketimpangan-ketimpangan di semua lini kehidupan. Masalah
pendidikan misalnya, pendidikan yang pada esensinya adalah media pencerdasan
bangsa, saat ini dianggap terhegemoni oleh berbagai macam kepentingan seperti
kapitalisasi atau industrialisasi. Pejabat-pejabat menggunakan kekuasaan
untuk “menjajah” pejabat yang lainnya, pejabat yang lainnya menjajah kaum-kaum
lemah, dan seterusnya.
Hal-hal
ini seakan membuat saya frustrasi sekalipun motivasi untuk bangkit. Ingin
rasanya menjadi pahlawan yang membawa keluar bangsa ini dari lumpur dosa yang
dibuat oleh para koruptor yang hanya “mencuri” harta kekayaan negara untuk
mereka nikmati dalam bui. Oleh sebab itu, saya merasa bertanggung jawab atas
ini semua.
Saya
berasal dari keluarga yang tidak mampu secara akonomi. Saya dibesarkan dalam
situasi kemiskinan oleh ayah dan ibu saya. Banyak orang yang berbicara tentang
kemiskinan dan keminskinan tertama para koruptor yang telah mengkhianati bangsa
ini. Mereka berbicara kemiskinan tetapi banyak diantara mereka yang tidak
pernah merasakannya tetapi saya tidak hanya berbicara tentang kemiskinan namun
juga merasakannya.
Oleh
sebab itu, peran saya bagi bangsa ini adalah bagimana saya menjaga dan memelihara
bangsa ini terutama generasi-generasi penerus bangsa. Sebagaimana yang telah
diamanatkan dalam UUD 19945 bahwa kita sebagai anak bangsa mempunyai peran yang
sangat penting, yakni melindungi
segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia. Dalam rangka mewujudkan tujuan-tujuan tersebut, seluruh masyarakat
Indonesia diwajibkan untuk berperan aktif. Saya ingin mencerdaskan
kehidupan bangsa, menjaga alam kita, memberantas kemiskinan dengan cara
berantaskan korupsi yang menggerogoti kehidupan bangsa ini. Hal ini semua dapat
saya lakukan dengan cara mencerdaskan diri saya sendiri lewat pendidikan.
Mengubah hidup dan pola pikir keluarga saya. Diri saya, keluarga saya Itulah
adalah Indonesia bagi saya. Yang lebih besar lagi akan saya lakukan bila saya diberikan
kesempatan untuk menempuh pendidikan Magister ini untuk kembali sebagai
intelektual yang mampu mencerdaskan kehidupan bangsa ini, terutama di Nusa
Tenggara Timur.
Akhirnya, saya
pun sedang tahap membentuk karakter dan mencoba peduli dengan keadaan sekitar.
Dengan demikian saya akan siap untuk menjadi agen perubahan untuk Indonesia
yang lebih baik nantinya. Generasi muda sangat berperan dalam menyelesaikan
permasalahan Indonesia ini. Contoh kecilnya, mencari
pegetahuan sebanyak-banyaknya untuk memajukan Indonesia supaya Indonesia tidak
lagi hanya menjadi budak di tanah sendiri melainkan menjadi pemimpin di
tanahnya. Karena itu, besar harapan saya untuk diterima menjadi penerima
Beasiswa LPDP KEPKEU agar peran saya dapat lebih besar lagi untuk Indonesia
terutama kalau misalnya menjadi seorang dosen dalam mendidik generasi-generasi
penerus bangsa.