MAKALAH ONTOLOGI: FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
MAKALAH ONTOLOGI
Elkana Goro Leba, S. Sos., MPA
KATA
PENGANTAR
P
|
uji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas karuniaNya-lah kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat
pada waktunya.
Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan
kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari
persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) “Ada” itu (being Sein, het zijn).
Ontologi merupakan salah satu kajian
kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani. Studi tersebut mebahas
keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan
yang bersifat ontologis dikenal seperti Thales, Plato, dan Aristoteles . Pada
masanya, kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan kenyataan.
Namun yang lebih penting ialah pendiriannya bahwa mungkin sekali segala sesuatu
itu berasal daru satu substansi belaka (sehingga sesuatu itu tidak bisa
dianggap ada berdiri sendiri).
Kami juga
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan berbagai masukkan yang bersifat membangun dari semua pihak guna
kelengkapan dan kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami haturkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam kelancaran tahap demi tahap dalam penyusunan
hingga penyelesaian makalah ini baik moril maupun materil. Sekian dan terima
kasih.
Kupang, Desember 2009
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam
makalah ini akan memaparkan tentang salah satu cabang dalam filsafat, yaitu
ontologis cabang ini menguak tentang objek apa yang di telaah ilmu. Bagaimana wujud
yang hakiki dari objek tersebut? Bagaimana hubungan antara objek tadi dengan
daya tangkap manusia? (seperti berpikir, merasa dan mengindera) yang membuakan
pengetahuan. Maka untuk membedakan jenis pengetahuan yang satu dari pengetahuan-pengetahuan
lainnya. Dengan mengetahui jawaban-jawaban dari kedua pertanyaan ini maka
dengan mudah kita dapat membedakan berbagai jenis pengetahuan yang terdapat
dalam khasanah kehidupan manusia. Hal ini memungkinkan kita mengenali berbagai
pengetahuan yang ada seperti ilmu, seni dan agama serta meletakkan mereka pada
tempatnya masing-masing yang saling memperkaya kehidupan kita. Tanpa mengenal
ciri-ciri tiap pengetahuan dengan benar maka bukan saja kita dapat memanfaatkan
kegunaanya secara maksimal namun kadang kita salah dalam menggunakannya.
Ontologi pula merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani. Studi tersebut mebahas keberadaan sesuatu yang
bersifat konkret. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis
dikenal seperti Thales, Plato,
dan Aristoteles . Pada masanya, kebanyakan orang
belum membedaan antara penampakan dengan kenyataan. Thales
terkenal sebagai filsuf yang pernah sampai pada kesimpulan bahwa air
merupakan substansi terdalam yang merupakan asal mula segala sesuatu. Namun
yang lebih penting ialah pendiriannya bahwa mungkin sekali segala sesuatu itu
berasal dari satu substansi belaka (sehingga sesuatu itu tidak bisa dianggap
ada berdiri sendiri).
Objek
telaah ontologi adalah yang ada tidak terikat pada satu perwujudan tertentu,
ontologi membahas tentang yang ada secara universal, yaitu berusaha mencari
inti yang dimuat setiap kenyataan yang meliputi segala realitas dalam semua
bentuknya (Noeng Muhadjir).
BAB II
PEMBAHASAN
ONTOLOGI
A. Pengertian
Ontologi merupakan salah satu dari
obyek garapan filsafat ilmu yang menetapkan batas lingkup dan teori tentang
hakikat realitas yang ada (Being), baik berupa wujud fisik (al-Thobi’ah) maupun metafisik (ma ba’da al-Thobi’ah). Selain itu,
Ontologi merupakan hakikat ilmu itu sendiri dan apa hakikat kebenaran serta
kenyataan yang inheren dengan penetahuan ilmiah tidak terlepas dari persepektif
filsafat tentang apa dan bagaimana yang ada.
Dalam bidang Artificial
Intelligence (AI) ontologi memiliki dua pengertian yang berkaitan:
• Ontologi merupakan kosa kata represenstasi yang sering dikhususkan untuk domain atau subyek pembahasan tertentu.
• Sebagai suatu body of knowledge untuk menjelaskan suatu bahasan tertentu, biasanya common sense knowledge domain dengan representation vocabolary.
B. Aliran-aliran yang Terdapat dalam Ontologi
Beberapa aliran yang terdapat dalam
Ontologi antara lain sebagai berikut:
1. Aliran Pluralisme
Aliran ini berpandangan bahwa
segenap macam bentuk merupakan kenyataan dan menyatakan ala mini tersusun dari
banyak unsure serta lebih dari satu itentisa. Tokoh aliran ini adalah
Anaxsagoras, Danempedcles yang menyebutkan bahwa subtansi yang ada itu tebentuk
dari empat unsure yaitu: Tanah, Air, Api dan Udara.
2. Aliran Nihilisme
Merupakan sebuah doktrin yang
tidak mengakui Validitas alternative yang positif. Gorgias berpandangan bahwa
ada tiga proposisi tentang realitas. Tidak ada satupun yang eksis beranggapan
bahwa kontradiksi tidak dapat diterima, maka pemikiran tidak menyatakan apa-apa
tentang realitas. Bila suatu itu ada, ia tidak dapat diketahui, ini disebabkan
penginderaan tidak dapat dipercaya, pengideraan adalah sunber ilusi. Akal juga
tidak mampu meyakinkan kita tentang bahan alam semesta karena kita telah
didukung olh delima subyektif, kita berfikir sesuai dengan kemauan dan ideyang
kita terapkan pada fenomena. Sekalipun realitas itu dapat kita ketahui, ia tidak
akan dapat memberikan kepada orang lain.
3. Aliran Agnotisme
Aliran ini merupakan sebuah
penyangkalan terhadap kemampuan Manusia mengetahui hakikat benda, baik materi
meupun ruhani, hal ini mirip dengan skeptismeyang berpendapat bahwa manusia
diragukan dalam mengerahui hakiakt. Tetapi Agnotisme lebih dari itu. Kattsoff
banyak memberikan term dasar mengenai bidang ontologi, misalnya; yang ada,
kenyataan, eksitensi, perubahan, tunggal, dan jamak. Secara ontology ilmu
membatasi lingkup pengalaman keilmuannya yang hanya pada daerah-daerah yang
barbeda dalam jangkauan pengalaman manusia. Objek pengalaman yang berada dalam
batas pra-pengalaman dan pasca-pengalaman. Penetapan lingkup batas penelaahan
keilmuan yang bersifat empiris ini adalah merupakan konsistensi pada batas
epistemology keilmuan. Ontology keilmuan juga merupakan penafsiran tentang
hakikat realitas dari objek ontology keilmuan.
C. Hakekat Kenyataan dalam Pendekatan Ontologi
Hakekat kenyataan atau
realitas memang dapat didekati ontologi dengan dua macam sudut pandang:
2. Kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal
atau jamak.
3. Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah
kenyataan (realitas) tersebut memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya daun
yang memiliki warna kehijauan, bunga mawar yang berbau harum.
D. Metode dan Objek Telaah Ontologi
1. Metode dalam Ontologi
Lorens
Bagus memperkenalkan tiga tingkatan abstraksi dalam ontologi, yaitu : abstraksi
fisik, abstraksi bentuk, dan abstraksi metaphisik. Abstraksi fisik menampilkan
keseluruhan sifat khas sesuatu objek; sedangkan abstraksi bentuk mendeskripsikan
sifat umum yang menjadi ciri semua sesuatu yang sejenis. Abstraksi metaphisik
mengetangahkan prinsip umum yang menjadi dasar dari semua realitas. Abstraksi
yang dijangkau oleh ontologi adalah abstraksi metaphisik.
Sedangkan metode pembuktian dalam ontologi
oleh Laurens Bagus yaitu sebagai berikut:
Pembuktian “a priori” disusun dengan meletakkan term tengah berada lebih dahulu
dari predikat; dan pada kesimpulan term tengah menjadi sebab dari kebenaran
kesimpulan.
Contoh : Sesuatu
yang bersifat lahirah itu fana.
Badan itu sesuatu yang lahiri.
Jadi, badan itu fana.
2. Objek Telaah Ontologi
Objek
telaah ontologi adalah yang ada. Studi tentang yang ada, pada dataran studi
filsafat pada umumnya di lakukan oleh filsafat metaphisika. Istilah ontologi
banyak di gunakan ketika kita membahas yang ada dlaam konteks filsafat ilmu. Ontologi
membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu.
Ontologi membahas tentang yang ada yang universal, menampilkan pemikiran
semesta universal. Ontologi berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap
kenyataan, atau dalam rumusan Lorens Bagus; menjelaskan yang ada yang meliputi
semua realitas dalam semua bentuknya.
Objek
formal ontologi adalah hakikat seluruh realitas. Bagi pendekatan kuantitatif,
realitas tampil dalam kuantitas atau jumlah, tealaahnya akan menjadi
kualitatif, realitas akan tampil menjadi aliran-aliran materialisme, idealisme,
naturalisme, atau hylomorphisme.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ontologi adalah asumsi yang berhubungan dengan
intisari atau pokok permasalahan dari fenomena yang sedang diteliti. Kemudian
asumsi lain yang
berkaitan dengan ontologi adalah asumsi epistomologi. Asumsi ontologi, asumsi
ini dapat dilihat dari subyektifitasnya, yaitu nasionalisme, atau dilihat dari
obyektifitasnya, yaitu realisme. Nasionalisme adalah asumsi akan dunia sosial yang
terletak diluar kesadaran atau pengertian suatu individu adalah terbuat tidak
lebih dari nama, konsep dan label yang digunakan untuk membuat struktur pada
realitas. Sedangkan realisme adalah asumsi akan dunia sosial yang terletak di
luar kesadaran atau pengertian suatu individu adalah suatu dunia nyata yang
keras dan nyata dan mempunyai struktur yang relatif abadi. Lebih jelasnya
Ontologi adalah salah satu cabang dari metafisika. Sebuah aliran filsafat yang
berbicara tentang usaha untuk mendiskripsikan hakikat wujud tertinggi, yang
esa, yang absolut, bentuk abadi yang sempurna. Pertanyaan2 ontologi biasanya
mempertanyakan ulang status realitas sesuatu, misalnya apakah objek2
penginderaan kita itu nyata.
Jadi, yang menjadi landasan dalam
tataran ontologi ini adalah apa objek yang ditelaah, bagaimana wujud hakiki
dari objek tersebut, bagaimana pula hubungan objek tersebut dengan daya pikir
dan penangkapan manusia.
Saran
Dalam penyajian materi dalam makalah ini, saya menyadari
bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan baik dari struktur penulisan maupun
penyajian materinya. Karena itu, dengan tangan terbuka saya menerima kritik dan
saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Dan untuk itu saya ucapkan
terima kasih kiranya Tuhan memberkati kita.
DAFTAR PUSTAKA
1. Syafiie, Inu Kencana. 2004. Pengantar Filsafat. Bandung: Refika Aditama.
2. Muhadjir, Noeng. 1998. Filsafat Ilmu : Telaah Sistematis
Fungsional Komparatif. Yogyakarta:
Rake Sarasin.
3.
Mustansyir, Rizal dan Munir,
Misnal. 2001. Filsafat Ilmu. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar Offset.
4.
Ahmadi, Abu. 1991.
Psikologi Umum. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
5.
www.google.com